Bagian 21: Tidur Bersama (2) - 18+

6.6K 298 18
                                    

Setiap malamnya Hesper tidak pernah absen mengunjungi kamar Moira. Setelah memastikan keadaan mansion sepi dan juga Moira menegak habis tehnya, Hesper akan ada di sana. Di kamar Moira. Mengamati Moira yang terlelap, sebelum akhirnya ikut tertidur di samping Moira.

Malam ini adalah malam keempat Hesper berbaring di sebelah Moira.

Sengaja Hesper menjulurkan satu tangannya untuk ia gunakan menjadi bantal Moira, sementara tangan lainnya mengusap anak-anak rambut Moira. Moira yang begitu tenang dalam tidurnya membuat dada Hesper berdesir ketika melihatnya. Hesper dapat merasakan perutnya melilit dan mengencang hanya karena lihat Moira tertidur.

Setelah puas bermain dengan anak-anak rambut Moira, satu tangan Hesper tadi kemudian melingkar di pinggang Moira, mendorong tubuh Moira mendekat ke arahnya selagi kepalanya merunduk.

.

.

.

"Nona ..."

Moira menoleh ke arah Dahlia yang memanggilnya. Pagi itu, dengan mata yang setengah mengantuk, Moira memandang Dahlia yang tengah kebingungan. Dilihatnya tangan Dahlia tertahan di udara dengan busa yang masih tersisa banyak di telapak tangan.

"Kenapa?" Tanya Moira kepada Dahlia yang berhenti membersihkan tubuhnya.

Merasa gugup, Dahlia menelan ludahnya sendiri. Terbata-bata karena merasa bingung dengan rangkaian kata yang ada di dalam kepalanya. Apa yang dilihatnya di depan mata tadi bukanlah suatu kesalahan. Di dalam ruang mandi, Dahlia dapat melihat jelas ada bekas gigitan di belakang bahu Moira.

Apa Moira tidak mengetahui bekas gigitan itu atau mengetahuinya?

Mata Dahlia menilik ekspresi Moira, dan air muka Moira begitu datar seakan mempertanyakan permasalahan Dahlia. Melihat hal itu, Dahlia memutuskan untuk menelan seluruh kata-katanya tadi. Tidak, pasti ini bukan apa-apa. Ya, bukan apa-apa.

"T-tidak apa-apa, Nona." Jawab Dahlia, kemudian berfokus membersihkan tubuh Moira kembali.

Sementara itu, Moira segera memalingkan wajahnya. Tidak terlalu berpikir keras saat melihat ekspresi Dahlia yang terlihat ketakutan seperti baru melihat hantu.

Beberapa hari terakhir ini, tubuh Moira memang mengalami peningkatan, tetapi di sisi lain, Moira merasakan sesuatu yang berat seperti tertinggal di dalam tubuhnya. Entah apa yang sedang terjadi, tetapi seluruh energi Moira seakan tersedot karena hal itu.

Apa tehnya tidak manjur, ya? Tanya Moira dalam hati. Tapi, tidak. Terakhir kali Moira meminumnya, Moira selalu merasa tubuhnya lebih baik. Namun, semenjak semalam, tubuh Moira terasa sedikit sakit.

"Nona ...," panggilan Dahlia memecah lamunan Moira, "... Kita sudah selesai. Mari saya bantu untuk mengenakan gaun."

Saat mereka sudah berada di dalam ruang ganti, Moira tidak melihat siapa pun selain Dahlia yang bersamanya

Dahlia dengan telaten memasangkan Moira korset seorang diri. Meski agak sedikit lamban, tetapi Dahlia berhasil melakukannya. Selanjutnya Dahlia bersiap memakaikan gaun lapisan luar untuk Moira. Seperti biasa, tangan Dahlia menyingkap rambut Moira ke samping dan detik itu juga Dahlia menahan napasnya kala melihat gigitan berbentuk bulan sabit yang tertinggal di sana. Masih keterkejutan yang sama, walau sudah melihat untuk ketiga kalinya.

Sementara itu, Moira yang menyadari keterdiaman Dahlia pun melirik ke arah cermin. Entah apa yang terjadi kepada Dahlia, Moira merasa hari ini Dahlia bersikap sedikit aneh, tidak seperti biasanya.

Apa hal ini berhubungan dengan pekerjaan yang ia lakukan hari ini?

"Kau kenapa, Dahlia? Dan, di mana pelayan lainnya? Kenapa kau mengurus semuanya seorang diri?"

Pertanyaan Moira menyadarkan Dahlia yang tengah termenung di tempat.

Mengerjap sebentar, Dahlia menggelengkan kepalanya. "S-saya baik-baik saja, Nona. Saya bisa melakukannya seorang diri. Nona tidak perlu khawatir."

"Kau yakin?" Tanya Moira. "Kau tampak pucat. Sepertinya kau sakit. Bagaimana kalau---"

"Tidak, Nona," Dahlia segera menyela perkataan Moira, "Ah, maafkan saya, Nona. Saya telah melakukan kesalahan. Tolong hukum saya."

"Sudahlah, lupakan saja. Sekarang lanjutkan kembali pekerjaanmu, Dahlia." Moira yang sudah kelelahan pun terlalu malas untuk berdebat lebih jauh. Moira merasa perhatiannya itu terbuang sia-sia karena tak mendapatkan sambutan hangat dari Dahlia.

"Baik, Nona." Jawab Dahlia, kemudian memasangkan gaun lapisan luar di tubuh Moira. Setelah itu, mereka berjalan ke meja hias untuk merias wajah Moira.

Kala tangan Dahlia mengambil riasan untuk kulit muka Moira, Dahlia tidak dapat menghentikan tremor di tangannya. Membuat Moira yang menyadari hal tersebut pun kembali membuka suara.

"Besok-besok mintalah seseorang untuk menemanimu merias diriku, Dahlia."

Dahlia tersenyum tipis, "Terima kasih atas perhatian Anda, Nona, tetapi saya sungguh tidak apa-apa. Saya baik-baik saja mengurus semua keperluan Nona seorang diri. Untuk ke depannya, Nona hanya perlu memanggil Saya apabila Nona memerlukan bantuan."

Moira hanya terdiam, tidak membalas perkataan Dahlia. Moira pikir Dahlia mungkin sakit dan terlalu memaksakan dirinya, tanpa tahu apa yang menyebabkan Dahlia gemetar ketakutan dan pucat pasi seperti itu.

Kala bedak tabur itu ditepuk Dahlia lembut ke wajah Moira. Dahlia mencoba menetralkan detak jantungnya. Tentu Dahlia tahu satu-satunya orang yang bersama Moira di mansion beberapa malam terakhir adalah Tuannya. Duke Archerion.

Dan, bekas gigitan itu, tanpa Dahlia tebak, Dahlia tahu siapa pelakunya. Tidak ada orang lain yang dapat dicurigai oleh Dahlia selain Hesper, mengingat keamanan di mansion adalah utama. Kalau pun benar ada orang lain, orang itu pasti sudah lebih dulu mati di tangan Hesper sebelum menyentuh Moira.

Ya, hanya Hesper satu-satunya dugaan Dahlia saat ini.

Kalau memang dugaan Dahlia benar adanya, maka Dahlia harus menutupi semua itu rapat-rapat dan memastikan tidak ada orang lain yang mengetahui hal ini. Atau, tragedi besar akan terjadi.

***

💐 120 votes for next chapter 💐

GUILTY PLEASURE: VILLAIN DADDY [END] ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora