Bagian 22: Ajakan Kencan Moira

3.8K 262 21
                                    

Dua Hari Kemudian ...

Seperti biasa, Moira menghabiskan rutinitas paginya dengan membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Selama tiga hari belakangan ini, Dahlia selalu rutin mengurusi keperluan Moira seorang diri, sampai-sampai Beatrice pun tidak dibiarkan menyentuh Moira.

Meski Moira merasa ada yang aneh dari sikap Dahlia ini, Moira memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya, terlebih lagi saat melihat sikap Dahlia yang seakan sedang menutupi sesuatu dari Moira.

Setelah membersihkan dirinya, Moira berdiri di ruang ganti. Bersiap untuk memakai gaun luarnya, tetapi saat memeriksa penampilannya sendiri di depan cermin, Moira melihat suatu hal yang aneh ada di tubuhnya.

"Hm?" Netra Moira lantas menilik bekas kemerahan yang muncul di antara di antara belahan dadanya. Melihat itu, sontak tangan Moira menyentuh bekas kemerahan yang ada di sana. Dan, menatapnya sebentar.

"Dahlia," Moira memanggil Dahlia yang saat ini tengah sibuk memilih gaun lapisan luar untuk Moira. Lalu, berbalik ke arah Dahlia yang berada tepat di belakangnya.

Tangan Moira sontak menunjukkan bekas kemerahan di antara kedua belahan dadanya kepada Dahlia. "Bisakah kau memberikan salep untuk menutupi bekas kemerahan ini? Aku harus bertemu dengan Putera Mahkota besok, jadi aku harap aku tidak meninggalkan kesan yang buruk dengan bekas kemerahan ini ada di tubuhku."

Tubuh Dahlia sontak mematung saat melihat bekas kemerahan itu. Moira seakan tahu bagaimana caranya meraup paksa oksigen Dahlia dengan mengejutkannya.

Bekas kemerahan itu, Dahlia merasa sesak napas setiap kali ia melihatnya. Tentu Dahlia menyadarinya sedari tadi, tetapi begitu Moira menanyakan hal itu kepadanya, keterkejutan Dahlia naik berkali-kali lipat.

"Aku tidak tahu kenapa tubuhku tiba-tiba menjadi seperti ini. Apa karena posisi tidurku sedikit berantakan sampai-sampai membuat memar seperti ini di tubuhku?" Gumam Moira, setengah bertanya pada dirinya sendiri.

Mata Moira memandang lekat bekas kemerahan itu, sementara tangannya mengusap bekas kemerahan yang ada di tubuhnya dengan gerakan perlahan.

Sebenarnya ini bukan kali pertama Moira menemukan adanya bekas kemerahan di tubuhnya.

Beberapa hari terakhir Moira memang menemukan bekas kemerahan juga ada di paha serta betisnya. Moira merasa bekas kemerahan ini datang dengan rasa kantuk berlebihan yang mulai dirasakannya akhir-akhir ini.

Apa karena tubuhnya terlalu lelah sampai-sampai posisi tidurnya berantakan dan menyebabkan memar seperti ini? Moira bertanya-tanya dalam hati, membuat spekulasi seorang diri. Berusaha memastikan kesalahannya.

Akan tetapi, tidak peduli sebanyak apapun Moira memikirkannya, Moira tidak menemukan jawabannya. Pun Dahlia juga hanya terdiam, tidak menjawab pertanyaan Moira. Membuat Moira menolehkan kepalanya kembali ke arah Dahlia dan menemukan Dahlia sedang termenung sembari mencengkram erat gaun Moira yang ada di tangannya.

"Dahlia ...?"

Lagi-lagi Moira mendapatkan reaksi yang sama selama beberapa hari terakhir ini. Entah bagaimana sikap aneh Dahlia itu membuat Moira merasa sedikit bingung. Kenapa tiba-tiba Dahlia berubah menjadi lebih pendiam dari biasanya dan juga terlihat seperti orang yang ketakutan?

"Kau baik-baik saja?" Tanya Moira memastikan.

Mendengar pertanyaan Moira, Dahlia tersenyum tipis, lalu mengangguk kecil. "Y-ya, Nona."

Pertanyaan ini memang terus Moira lontarkan selama 3 hari belakangan ini. Kejadiannya terus berulang; menanyakan keadaan Dahlia, meminta Dahlia untuk beristirahat ataupun meminta seseorang untuk menemaninya.

GUILTY PLEASURE: VILLAIN DADDY [END] ✓Where stories live. Discover now