37

4K 224 12
                                    

Selamat membaca 😘

Gallen udah keluar dari rumah sakit, tapi dia belum sembuh total. Dia masih harus istirahat sampai lukanya benar-benar kering. Dan saat itulah Arsel memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri. Maksudnya ngerawat Gallen sampe sembuh. Soalnya Gallen ribet banget. Apa-apa harus ayang.

Makan minta disuapin ayang, mandi pengennya ditemenin ayang bahkan tidur pun harus dinina boboin dulu sama ayang. Medina merasa ingin membuang anak satu-satunya itu. Dulu Medina jenuh dengan sikap manja Allan pada Devin, ternyata kakaknya lebih parah. Dasar bulol!

Parah lagi bapaknya Gallen. Bulol tingkat dewa. Mending sama istrinya, ini malah sama mantannya.

Fyi, mantannya Genta itu cowok.

Kalo kata Medina cantikkan mantan Genta timbang dia sendiri yang istri sahnya.

Balik lagi ke Arsel sama Gallen. Mereka kini udah rebahan sambil pelukan. Tangan Gallen melingkar di perut Arsel lalu mengelusnya lembut. "Disini ada tempat dedek ya?"

"Ung?" Arsel melihat perutnya dan seketika tahu apa yang dimaksud Gallen. Arsel mengangguk malu-malu. Wajahnya juga memerah. "Kata Papi, acell spesial karna punya rahim, Papi juga"

"Iya spesial buat Allen, nanti Allen masukin dedek Allen terus jadi dedek" ucap Gallen riang yang langsung ditabok sama Arsel. Ditaboknya dicmulut. Mana kenceng lagi.

"Ngaco kalo ngomong!" Kesal Arsel. Serius dia malu banget. Bayangin hal-hal begituan ya pasti malu lah. Apalagi Gallen ngomongnya kek gak berdosa banget.

"Tapi kan bener, emang kalo gak sama Allen, Acell sama siapa gituannya?"

"Sama orang lain juga bisa, emang siapa yang jamin kalo hubungan kita sampai tua?" ucap Arsel dengan santai. Gak sadar Gallen langsung diem dan tatapannya tajem banget. Aura di sekitarnya juga menggelap.

"Bilang apa?"

Arsel yang sadar nada bicara Gallen berubah meneguk ludahnya. Dia gak berani natap tepat mata Gallen. Dia meremas kaos tanpa lengan yang di pakai Gallen.

"Bilang apa Arselio Davian Adinatha?"

Arsel menggeleng ribut. Dia gak bermaksud bikin ayangnya marah. Dia kan cuma ngasal. Ya siapa sih yang gak mau menua sama orang yang dia cintai? Arsel kan bercanda. Tapi kayaknya gak tepat banget deh. Mending diem aja.

"Gue lagi ngomong sama tembok? Gak punya mulut?!" Bentak Gallen.

Arsel kaget. Ini pertama kalinya Gallen bentak dia. Jantungnya berdebar.

"A-acell cuma bercanda Allen jangan marah" cicit Arsel merapatkan tubuhnya ke dalam dekapan Gallen.

Emosi Gallen mereda saat merasakan kaosnya basah. Ayangnya nangis?! Ya jelas di bentak gitu. "Arsel?"

Arsel menggeleng ribut. "Jangan pegang Acell"

"Maaf, maafin Allen ya? Allen salah" Gallen mengusap-usap kepala Arsel lembut. "Maafin Allen, Allen gak suka Acel bilang mau sama yang lain"

"Allen mau sama Acell terus, Acell tau kan Allen sayang sama Acell?"

Arsel mengangguk. Dia makin merapatkan tubuhnya.

"Jadi jangan pernah bilang kalo Acell mau sama yang lain"

Arsel mengangguk lagi.

Mereka pun berpelukan dengan erat seakan tidak mau kehilangan satu sama lain. Dan akhirnya Arsel tertidur di pelukan Gallen. Sedangkan  Gallen memandangi kekasihnya itu sampai sore.

"Cantik, sangat cantik"










See you next chapter 😘

ARSEGAL [BL]Where stories live. Discover now