16

9.6K 502 12
                                    

Selamat membaca 😘




"Ada yang mau gue bilang"

Arsel nunduk. Pipi chubby-nya udah merah merona. Meski Gallen belum bilang tapi cara dia perlakuin Arsel dan tangan mereka yang masih bertautan buat Arsel yakin kalo Gallen mau confess.

Tapi....

Arsel keinget kejadian yang di UKS. Apa Gallen bener-bener suka sama Arsel atau cuma jadiin Arsel perantara buat dapetin Devin.

Perlahan Arsel melepas genggaman Gallen. Lalu menekuk lutut dan memeluknya.

"Yang?"

"Gak usah bilang suka" ucap Arsel dengan suara gemetar menahan tangis.

Gallen diam. Mata elangnya menatap tubuh mungil disampingnya tanpa berkedip.

Kok suasananya jadi gini?

Air mata Arsel jatuh. Dalam diam dia menangis karena tiba-tiba dadanya sesak banget. Kaya ditusuk. Dan Air mata itu berhasil buat Gallen panik dan langsung menarik tubuh mungil Arsel ke dalam pelukannya.

"Kenapa nangis? Gue ada salah?" Gallen mengusap-usap punggung Arsel mencoba menenangkannya.

"Kalo lo cuma jadiin gue perantara mending lo pergi aja bajingan!" Arsel emosional. Dia memukul-mukul dada bidang Gallen meski itu gak kerasa sama sekali.

"What's wrong?"

Arsel mendongkak. Kini terlihat kedua matanya merah dan pipinya yang basah karena air mata.

Gallen terbelalak melihatnya. Dengan lembut dia mengusap pipi Arsel. Menghapus air mata Arsel meski cairan itu terus mengalir tanpa henti.

Perlakuan Gallen buat tangisan Arsel makin deres kek banjir di desa tetangga. Serius, Gallen gak tau masalahnya apa.

"Kalo lo suka Kak Devin bilang aja! Gak usah deketin gue!"

Gallen mengernyit. Kok bahas Devin jadinya.

"Siapa bilang gue suka Devin?" Gallen menyamankan posisi Arsel. Dia mengangkat tubuh mungil itu ke atas pahanya alias Arsel duduk di pangkuan Gallen.

"Emang enggak?" Tanya Arsel dengan polosnya.

Gallen tersenyum. Lalu kecup tipis bibir Arsel bikin si empunya terkesiap. "Gue gak suka sama Devin"

Gallen menarik tangan si kecil terus letakin di bahu dia. Arsel yang tau maunya Gallen pun melingkarkan kedua tangannya di leher si dominan. Mereka saling tatap. Dalam sedalam samudra.

"Gue sukanya sama lo"

Pipi Arsel kembali memanas. Serius, dia malu banget saat ini. Dia gak tau mau ngomong apa. Tiba-tiba lidahnya kaku.

"Kenapa lo bisa berpikir gue suka sama Devin?hm?" Gallen menyisir rambut Arsel yang sedikit berantakan. Lalu tangannya turun mencubit hidung mungil itu.

Arsel menunduk. "Soalnya cara lo natap Kak Devin..."cicitnya gak berani nerusin kalimat.

Gallen menelengkan kepala. Masih gak ngerti maksud si doi. Dia tangkup kedua pipi Arsel. Gallen kembali mengecup bibir Arsel. "Emang gue ngeliat Devin kaya gimana?"

"Itu...kaya orang pacaran"

"Pfft

Bwahahaha"

"Kok ketawa sih?!" Arsel merengut kesal. Dia malingin mukanya dan kedua tangan yang awalnya meluk leher Gallen kini bersedekap di depan dada.

"Habisnya lo lucu"

"Gak lucu!Humph!"

Gallen terkekeh. Tangannya memeluk pinggang Arsel. Lalu dia sandarin kepalanya di bahu Arsel sambil mengendus bau bayi yang bikin Gallen candu. Salah satu alesan Gallen suka di deket Arsel ya ini. Si doi bau bayi.

"Ge-geli..."

"Gue suka sama lo. Jadi pacar gue ya, Arselio Davian"

Cup

Gallen mengecup leher Arsel sekilas.

Arsel kehilangan kata-kata. Malu banget sampai gak bisa jawab. Tapi tangannya terulur buat meluk Gallen. Jujurly, dia juga suka sama Gallen. Gak mau tau lagi ada hubungan apa antara Gallen dan Devin, kalo Gallen bilang gak suka berarti gak suka. Arsel bisa tenang.

Lampu hijau buat Gallen kan? Tanpa aba-aba dia cium bibir Arsel. Kali ini beda, bukan kecupan tapi lumatan. Arsel yang baru pertama kali merasakan ciuman pun menikmatinya.

Karna dia adalah Gallen.












End

Yeaayy🥳

Makasih semuanya atas dukungan kalian, maaf gak sesuai ekspektasi karna ini pertama kalinya aku nulis novel😭

Maaf banget ya,gak tau lagi mau nulis apa🤧

ARSEGAL [BL]Where stories live. Discover now