36. Bukan Akhir Dari Segalanya

220 33 14
                                    

Assalamualaikum! Hii

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Assalamualaikum! Hii

Gimana kabar kalian?

Yang suka sama ceritanya, yuk ikuti terus alur ceritanya hehe.

🌎🌎🌎

"Gue deg-degan sumpah! Hari ini akhirnya pembagian raport! Wahhh gue gak yakin sih kalau gue ranking satu," ucap Gibran.

"Makanya jangan pede, modal tantrum doang ke sekolah gak mungkin rangking satu," decak Keisha.

Gibran mengerutkan keningnya, ia tak terima dengan ucapan Keisha yang seenaknya meremehkan dirinya.

"Nah ini dia ciri-ciri orang iri, iri? bilang pembantu!" Gibran melotot ke arahnya.

Keisha memutar bola matanya sebal, "Najis ya gue iri sama orang kaya Lo, beda level!"

Seketika Gibran langsung beranjak berdiri, lalu menghampirinya dengan membusungkan dadanya. Gibran tertawa sinis, menatap gadis itu tajam.

"Oh gitu. Beda level, yaudah gue pesen level lima biar pedes! Heh, emang Lo makan apa sampai beda level? Sama sama makan nasi, kan? Atau Lo mandi tujuh rupa? Atau nasinya dari emas? Si Sakha bilang kita tuh gak boleh sombong,"

Keisha menertawakannya, "Lo mulai duluan!"

"Elo!"

"Elo!!!"

Mendengar mereka yang mulai ribut lagi, sontak Dafiya dan Sakha yang merupakan sahabat dari mereka ikut menghampirinya. Sakha menggelengkan kepalanya mulai lelah, Gibran memang tak mau kalah dari perempuan. Sikapnya memang egois. Dari dulu Sakha selalu memperingatkannya, namun Gibran tetap saja Gibran yang tak mau kalah.

Dafiya berjalan menghampiri Keisha lalu menyentuh lengannya, "Udah dong! Sha,"

"Hah kebetulan ada Lo Dafiya, bilangin nih sama sobat Lo ini supaya jangan sombong!"

Keisha berdecih pelan.

"Udah napa sih, Gib!" ucap Sakha.

"Kalian kan bukan anak kecil lagi, sama sama udah dewasa. Jadi tolong hindari pertengkaran," nasihat Dafiya.

"Bener tuh gue setuju kata Dafiya!" Sakha menyahut.

Gibran menghela nafasnya kasar, "Yaudah iya gue minta maaf! Puas?" lalu setelah itu Gibran beranjak pergi dari sana meninggalkan mereka.

Kemudian disusul Keisha yang dari matanya saja sudah terlihat mengeluarkan bara api saking kesalnya. Padahal mereka berdua sering mabar, tapi anehnya keduanya tak pernah akur, seperti menyimpan dendam masing-masing.

"Astaghfirullahal'adzim," Sakha mengusap wajahnya gusar lalu matanya beralih menatap gadis itu.

Dafiya yang sadar ditatap, seketika ia langsung ikut menyusul Keisha pergi.

Away to GuardOnde histórias criam vida. Descubra agora