35. Datang Akan Pergi

435 51 4
                                    

🌞🌞🌞

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


🌞🌞🌞

Dafiya berjalan masuk ke masjid menghampiri anak-anak, meninggalkan Sakha yang hendak menjemput anak-anak memakai payung Dafiya agar tidak kehujanan. Dafiya memperhatikannya dari kaca masjid, lelaki itu terus bolak balik menjadi ojek payung untuk anak-anak yang kehujanan di jalan. Gadis itu tersenyum tipis, lalu ia kembali menatap anak-anak.

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya Dafiya memulai kegiatan mengajarnya karena semua anak-anak sudah datang. Pertama kali Dafiya mengabsen mereka terlebih dahulu lalu membaca doa.

"Kak Dafiya, kita bentar lagi mau wisuda ya?" tanya Dina.

Dafiya langsung menoleh, "Betul! Nah karena bentar lagi wisuda, aku mau pilih beberapa orang dari kalian untuk tampil di acara wisuda nanti,"

"Ih aku mau dong kak!" pinta Rani.

"Makanya ayo semangat belajar ngajinya! Yuk! Jangan sampai kalian belajar ngaji ini buat tampil doang, tapi niatkan dalam hati kita ini semua karena Allah, oke?"

"Siap, Kak!"

Dafiya tersenyum lebar menatap mereka. Senyuman dari anak-anak itu selalu menular, menular rasa kebahagiaan pada diri Dafiya. Belum pernah Dafiya bisa tersenyum selebar ini saat di rumahnya.

Sedangkan di tempat lain Sakha sedang melipat celana bagian bawahnya karena kebasahan, pantas saja ia sudah beberapa kali bolak-balik. Baju lengannya pun ikut basah, ia jadi sedikit kedinginan.

Ahmad yang menyadari itu tiba-tiba anak itu langsung menghampirinya, "Kak Sakha, gak apa-apa?"

Lantas Sakha menoleh cepat, seketika ia tersenyum menatap Ahmad yang terlihat mengkhawatirkannya.

"Enggak kok,"

"Bener? Ini di kantong aku ada cokelat, kak Sakha mau?" Ahmad mengeluarkan cokelat koin yang bungkusnya berwarna emas. Ahmad hanya bisa memberikan ini pada Sakha.

Sakha menggeleng cepat, "Ahmad, kamu jangan makan cokelat terus. Nanti gigi kamu bolong-bolong kaya abis digigit tikus, jangan ya, nak!"

"Cokelat kan enak, kak! Manis kaya Ahmad," Ahmad melipatkan tangannya di depan dada.

"Iya deh Ahmad sipaling manis, tapi inget jangan sampai merugikan kesehatan kamu! Ya? Dari kecil kita harus belajar makan makanan yang sehat. Boleh makan cokelat tapi jangan sering, dan apapun yang berlebihan itu tidak baik. Paham?"

"Paham dong, Kak!" Ahmad menyeringai.

Setelah selesai kegiatan mengajar, Dafiya baru keluar dari masjid. Ia melihat beberapa orang tua sedang menunggu anak-anak mereka. Masa kecil memang masa yang menyenangkan, dijemput orang tua, bermain bersama teman dan belajar mengaji semuanya dilakukan tanpa ada beban. Namun ketika beranjak dewasa, Dafiya mulai mengerti banyak hal, kalau pada akhirnya hidup di dunia ini semuanya tentang ujian. Ujian yang tidak akan pernah lekang oleh waktu, ujian yang tiada habisnya dan tinggal tentang bagaimana cara diri kita sendiri saja yang bisa melewati ujian itu.

Away to Guard [Pre-order]Where stories live. Discover now