33. Mak Comblang G

206 50 6
                                    

Halo! Assalamualaikum..

Siapa yang udah kangen sama Sakha dan Dafiya nih? Hehe.

Atau kangen sama author? Sksk

Oh ya, kalau kalian suka ceritanya, boleh dong vote comment nya🫣

Ok, langsung aja kita baca!!🤩

Ok, langsung aja kita baca!!🤩

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.


🌞🌞🌞

Setelah pulang sekolah, Dafiya langsung beranjak pergi ke kamarnya.  Biasanya ia menemui Dhena terlebih dahulu, namun bundanya itu sedang menemui teman lamanya yang telah lama berpisah. Pasti momen mereka begitu mengharukan, setelah lama tidak bertemu dan akhirnya dipertemukan kembali. Dafiya ikut merasa senang jika bundanya bisa bertemu dengan orang yang membuatnya senang. Ia tak mau melihat Dhena yang terus larut dalam kesedihannya memikirkan Tama. Sampai saat ini pun Tama belum pulang ke rumah.

Dafiya menaruh tasnya. Lalu ia duduk di pinggir kasur. Sejujurnya ia memang tak ingin menjadi pengantin wanita dari praktik pernikahan tersebut. Rasanya canggung, dan sikap Sakha akhir-akhir ini agak berbeda dari sebelumnya. Ia berpikir mungkin saja Sakha membencinya kembali, pikiran buruk itu terlintas dipikiran Dafiya.

"Astaghfirullah, kenapa aku jadi mikirin ini? Yaudah praktik praktik aja Dafiya, kamu bisa!"

Walaupun Dafiya berusaha menyemangati dirinya sendiri tapi ia masih saja kurang percaya diri.

Dafiya menarik napasnya dalam dalam lalu membuangnya perlahan. Setelah itu ia mulai beranjak untuk segera membersihkan tubuhnya dan persiapan untuk menunaikan shalat Maghrib.

Adzan berkumandang dengan merdunya mampu menenangkan hati setiap orang. Dafiya sudah bersiap dengan mukenanya, setelah adzan selesai seperti biasa ia membaca doa setelah adzan.

"Kak!! Kakak!!"

Brakkk

Pintu kamar Dafiya dibuka dengan keras oleh adiknya itu. Lantas hal itu membuat Dafiya tersentak kaget, padahal sebelumnya ia sedang fokus berdo'a. Dalam hatinya refleks mengucap kalimat istighfar.

"Ayah mana sih belum pulang juga!? Ishh, ini semua tuh gara-gara kakak tau gak! Kakak kan yang nyuruh bunda sama ayah cerai? Gimana kalau ayah cerain bunda, kak?" gertak Ana dengan suara keras.

Dafiya mencoba menahan amarahnya. Ia sudah terlatih untuk bersabar menghadapi adiknya yang sering teriak-teriak tidak jelas begini. Apalagi ini sudah memasuki waktu shalat Maghrib.

"Kita shalat Maghrib dulu," sahut Dafiya.

"Ck, apaan sih?"

"Kita shalat Maghrib dulu," Dafiya mengulanginya dengan nada tegas.

"Iya-iya! Sok alim," lalu Ana segera beranjak pergi.

Dafiya menggelengkan kepalanya menatap kepergian adiknya sambil mengucap istighfar.

Away to GuardWo Geschichten leben. Entdecke jetzt