39. Awal Baru

335 35 14
                                    

🌏🌏🌏

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌏🌏🌏

Setelah tibanya di rumah, lelaki itu terus menghela nafasnya pelan. Ia harus bisa belajar mengikhlaskannya. Bagaimana pun juga Sakha harus bisa fokus dengan cita-cita kedepannya.

"Ya Allah, kalau dia bukan jodohku maka hilangkanlah perasaan ini, kalau dia jodohku semoga saja suatu saat nanti kita bisa ketemu lagi," gumam Shaka.

Aisyah yang tak sengaja mendengar suara Shaka tersebut, seketika ia langsung menghampirinya. Melihat kedatangan Aisya membuat pria itu kaget. Apa mungkin Uminya mendengar?

"Jodoh? Siapa? Kamu doain siapa?"

Shaka menggeleng cepat, "Nggak Ummi,"

"Yang bener?" Aisya menyipitkan matanya curiga.

"Yaudah Sakha mau belajar dulu buat tes ujian, bentar lagi soalnya. Ummi doain ya biar Sakha keterima dijurusan kedokteran,"

"Aamiin,"

Setelah itu Aisya mulai pergi meninggalkan kamar Sakha. Shaka pun akhirnya bernafas lega, sepertinya suaranya tadi sangat kencang. "Ah udah lah Sakha, no galau galau. Ayo bangkit!" pria itu mencoba membangkitkan semangatnya sampai kedua bola matanya melotot.

Tak sampai lima detik, tiba-tiba wajah lelaki itu kembali menciut ia tak bisa melupakannya semudah itu.

"Astaghfirullah," lirihnya.

Sakha melirik gitar, sudah lama rasanya tak memainkan gitar tersebut. Sontak pria itu langsung mulai memetiknya perlahan dan mengatur-atur suaranya agar enak didengar. "Nyanyi sebentar dulu deh, abis itu langsung belajar!" gumamnya.

Suara petikan Sakha yang lihai pun mengalunkan nada yang indah. Pria itu memang jago dalam segala hal. Tapi ia kurang pandai untuk mengikhlaskan seseorang pergi darinya, mungkin ia perlu waktu untuk bisa benar benar merelakannya. Soal jodoh, untuk saat ini bukanlah hal penting baginya. Ia harus bisa membanggakan kedua orangtuanya terlebih dahulu dan berintrospeksi diri untuk bisa menjadi pria yang lebih baik lagi.

"Sesungguhnya aku tak sanggup tanpamuu~ tapi tahukah kaamuu~ betapaku mencintai dirimuu,~"

Sakha bernyanyi sesuai dengan perasaannya saat ini. Suaranya memang terdengar sopan masuk ke telinga. Ia melakukannya hanya untuk sekedar iseng saja sebelum dirinya benar-benar akan fokus belajar dan melupakan sementara gadis itu.

"Tak sanggup ku melawan hatiku~ yang selalu menginginkanmuu~ tolong yakinkan aku~ perjuangkan atau ku menyerah..."

"Perjuangkan dong! Asikkk Sakha nyanyi. Kayanya dalem banget buat siapa?"

Shaka yang tadinya fokus bernyanyi tiba-tiba ia dikejutkan oleh kedatangan Gibran yang tiba-tiba masuk ke kamarnya mengacaukan dirinya.

"Lo siapa?" Sakha menatapnya sebal.

"Hah, ini gue anaknya pak camat jualan tomat!" Gibran menyeringai.

"Argh, nyebelin banget lo ganggu!" decak Sakha.

Away to GuardWhere stories live. Discover now