32. Perasaan Sakha

269 72 10
                                    

Assalamualaikum halo guys🫣

Udah lama banget aku gak nyapa kalian huhu🥺

Gimana kabar kalian?🌍🌞

Aku bukan berarti comeback lagi guys soalnya masih sakit dan gak kuat ngetik. And berarti kalian disuruh nunggu lama lagiii:(

Btw, ini singkat banget tapi semoga kalian enjoy ya bacanya...

Selamat membaca💅

🌍🌍🌍

Gibran tak henti-hentinya senyam-senyum saat meng-scrool akun media sosialnya, ia asyik membaca komentar komentar orang yang memujinya tampan bak idol Korea, tentu saja hal itu membuat Gibran ingin terus membacanya tanpa henti.

Di sisi lain Sakha yang berada di sampingnya sedang fokus me-muraja'ah hafalan Alqurannya. Sakha mencoba fokus sambil memejamkan matanya.

Wal-ḥabbu żul-'aṣfi war-raiḥān

"Fabialiyalaa eh fabiayilaa astaghfirullah fabilayilaa...ah!!"

Plakk

Sakha tiba-tiba memukul meja karena ia tak bisa fokus sejak tadi. Sontak hal itu membuat Gibran ikut terperanjat kaget.

"Buzettt, kalem kha!"

Sakha menenggelamkan wajahnya di antara kedua tangannya.

Mengapa harus saya? Cewek lain masih banyak yang mau atau mungkin bakal dipilih secara acak.

Entah mengapa ucapan Dafiya membuatnya tak bisa fokus. Ia sungguh merasa ditolak.

"Kha, Lo tau gak dikomentar postingan gue, ada yang bilang gue mirip haechan encete," ucap Gibran sehingga membuat Sakha mengangkat kepalanya.

"Huh? Shinchan?" Sakha tak mendengarnya jelas.

Gibran berdecak pelan, "Alis gue emang tebel tapi bukan berarti mirip dakocan. Haechan, Kha!" jelas Gibran membuat Sakha menganggukkan kepalanya pelan.

"Jangan terlalu kemakan omongan netijen Gib, nanti akhirnya jadi ujub lagi," sahut Sakha mengingatkan.

"Nggaklah, Alhamdulillah aja gue mah berarti gue ganteng teng teng!" pede Gibran.

Sakha menghela nafasnya pelan, "Gib, kalau gue kepikiran terus sama satu orang itu tandanya apa ya? Soalnya gue jadi gak fokus gini," decaknya.

"Itu artinya Lo punya hutang. Hehe canda. Kayanya Lo kena sindrom," sahut Gibran dengan wajah serius sedangkan Sakha menjadi bingung sendiri.

"Sindrom lope lope," lanjutnya. "Cieee Lo lagi suka sama seseorang lagi? Syapa tuch?" Gibran curiga.

"Suka?" ulang Sakha.

Tidak mungkin selama ini Sakha merasa hanya simpati saja pada gadis itu. Tapi terkadang perasaannya ini aneh. Sakha tak bisa mengelak lagi. Kali ini sepertinya ia mulai menyukai Dafiya. Dan ternyata selama ini rasa simpati itu hanya sebuah alibi saja dari perasaan Sakha sebenarnya.

Akhirnya perasaan yang sudah lama Sakha tak rasakan lagi kini muncul kembali pada seorang wanita sederhana yang bernama Dafiya Rania.

"Malah ngelamun, Kha! Mending cepet deh Lo pilih siapa yang bakal jadi pasangan Lo nanti waktu praktik nikah, asal Lo tau aja tadi pagi cewek cewek pada heboh mereka kaya pengen jadi pasangan Lo gitu, ekhem!" Gibran pura-pura batuk.

"Yaudah gue spin aja," sahut Sakha.

Ia tak peduli lagi siapapun wanita yang akan terpilih ia hanya akan fokus pada praktiknya.

Away to Guardحيث تعيش القصص. اكتشف الآن