|SW 93| Welcome Baby A

Start from the beginning
                                    

"Selamat ya, nak. Kamu bisa memilih mau tinggal bersama bunda atau mama. Itu kembali pada keputusan kamu. Jaga kesehatan karena setelah ini pasti akan banyak begadang nya daripada tidurnya," ujar Vera apa adanya.

Anindya pun menganggukkan kepalanya. Semua hal yang berkaitan dengan setelah melahirkan ia sudah siap secara mental dan fisik. Apa pun itu akan ia korbankan agar sang anak tetap sehat dan bisa bertumbuh dengan normal.

"Lihat, geh, jeng. Cucu kita persis banget ayahnya!" seru Anita saat mengamati wajah cucunya dari dalam bok.

"Lah, iya. Persis banget Arsa. Wajahnya, hidung, bibir," balas Vera yang bahkan tidak sabaran dan mengangkat cucunya.

"Padahal tadi mirip kak -----"

"Stt ..." Anindya memberikan kode agar Arsa tak melanjutkan kata-katanya lagi. Arsa yang paham pun menganggukkan kepalanya. Ia mendekati istrinya dan menggenggam tangannya.

"Makasih, ya. Makasih udah berjuang melahirkan anak kita," ujar Arsa seraya tersenyum.

"Udah jadi kewajiban aku. Eh, iya, Kanaya kemana ya?" tanya Anindya mengedarkan pandangannya saat melihat Kanaya tidak ada di ruangan.

"Dia izin pulang bentar. Katanya ada yang mau di urus. Nanti dia balik lagi ke sini kok," balas Rio membuat Anindya menganggukkan kepalanya.

"Asi kamu udah keluar nak?" tanya Anita pada anaknya.

"Tadi keluar dikit, tapi udah diminum sama anak Anindya. Kok sekarang belum keluar lagi, ya, Bun? Padahal Anindya mau susui lagi," balas Anindya apa adanya. Jujur melihat asinya tak kembali keluar membuat ia dilanda perasaan cemas. Ia takut anaknya minum susu formula karena ia tidak bisa menyusui nya.

"Wajar, nak. Biasanya asi gak langsung keluar setelah melahirkan. Jadi selama itu juga bayinya boleh di kasih susu sambung dulu," jawab Vera seraya menggendong cucunya.

"Tapi bakalan keluar kan, ma?" tanya Anindya memastikan lagi.

"Pasti, dong. Sabar, ya. Jangan dibuat panik," balas Vera menenangkan menantunya.

"Nanti aku bantu kok," ujar Arsa membuat Anindya yang tak menduga memberikan tatapan tajam. Bisa-bisanya berkata seperti itu dihadapan orang banyak. Ada-ada saja.

"Jangan salah paham. Maksudnya bantu cari cara biar asi nya keluar. Coba makan banyak sayur aja sayang. Kamu, mah, pikirannya kemana-mana," sambung Arsa mengklarifikasi.

Semua orang yang ada di sana pun tertawa. Pasutri muda itu selalu saja ada tingkah yang membuat mereka tertawa saat melihatnya.

"Mau susui anak kamu gak?" tanya Vera pada anaknya.

"Boleh. Tapi Arsa takut bayinya jatoh," jawab Arsa dengan keinginannya, namun ragu karena takut anaknya kenapa-kenapa.

"Udah, tenang aja."

Vera secara perlahan-lahan menaruh bayi tersebut di atas bantal. Lalu memberikan bantal tersebut pada Arsa yang menerimanya dengan kali bergetar. Untuk pertama kalinya ia menggendong bayinya sendiri. Sangat aneh rasanya, namun dibalik itu semua ia merasa senang karena anaknya lahir dengan selamat.

"Biasa aja kali, sa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Biasa aja kali, sa. Sampe getar gitu kakinya," ucap Rio yang tertawa saat Arsa bergetar hebat saat menggendong anaknya.

"Lo gak ngerasain, sih. Gue nervous karena anak gue sendiri. Kegantengan dia yang buat gue nervous," balas Arsa tersenyum.

"Nih susunya. Pelan-pelan, ya, nak," ucap Anita seraya mengelus kepala bayi Arsa dan Anindya.

Arsa dengan perlahan-lahan memasukan dot berisi susu formula pada mulut anaknya. Ia merasa senang saat anaknya menikmati suapannya. Bahkan tanpa terasa air mata Arsa pun menetes membasahi pipi seolah tidak percaya bahwa anaknya telah lahir ke dunia. Ia selalu bersyukur dan tetap merasa senang karena kehadiran dirinya dalam hidupnya. Hidupnya yang sudah terang kini terasa lebih berwarna karena kehadiran anaknya.

Ia yakin Anindya juga merasakan hal yang sama. Setiap pernikahan pasti mengharapkan seorang anak, tapi tidak semua pernikahan diberikan seorang anak. Hal yang ia syukuri adalah tuhan maha baik dengan memberikan kesempatan mereka menjadi seorang ayah dan ibu bagi bayi mereka.

"Eh, kok nangis," tutur Anindya saat Arsa meneteskan air matanya.

"Terharu, yang. Gak nyangka bisa jadi seorang ayah," balas Arsa menatap Anindya, lalu tersenyum.

"Makasih, ya, udah kasih kesempatan aku untuk jadi seorang ayah. Masih gak nyangka rasanya. Mulai hari ini aku janji ke kamu dan anak kita, kalau seterusnya hanya akan ada bahagia di keluarga kita," sambung Arsa lagi membuat Anindya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Jangan nangis dong. Aku jadi ikutan sedih," pinta Anindya membuat Arsa menghapus air matanya.

Hal yang tak pernah ia sangka sebelumnya telah lahir menyambut hidupnya. Terkadang banyak rencana dan harapan belum tentu Tuhan memberikan. Tapi dari banyaknya rencana dan impian yang ingin ia capai, hal terbesar yang selalu ia semogakan telah hadir dan membuat dirinya senang. Selain memliki cita-cita menjadi seorang psikiater, ia juga berkeinginan menjadi seorang ibu. Ibu yang akan membesarkan anaknya dengan penuh cinta dan kasih, ibu yang akan selalu ada dan menemani anaknya hingga dewasa, adalah harapan terbesar dari seorang Anindya.

Ya, malam ini Tuhan mengabulkan segala doa-doanya. Ia bisa melihat tawa bahagia menghiasi keluarganya. Melihat jelas suaminya bahagia dan meneteskan air mata, lalu hal yang ia syukuri dari segala rasa takutnya adalah ia bisa melihat putra yang ia kandung selama sembilan bulan lamanya. Itu lah kebahagiaan yang ia peroleh dan ia syukuri malam ini.

#TBC

Jangan lupa mampir ke Secret Wife versi AU di Instagram (Shtysetyongrm) hari ini up ya guys jadi bantu untuk meramaikan.

GIVE ME 450 KOMENTAR GUYS TEMBUSIN YUK

FOLLOW AKUN WP DAN INSTAGRAM AUTHOR GUYS

NEXT?

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Where stories live. Discover now