10. She's the cause

119 79 4
                                    

***"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***
"

M-mama... Caca udah nggak punya siapa-siapa lagi Ma... J-jangan tinggalin Caca se-sendirian... Caca takut..." ucap Bianca dengan lirih, gadis itu terus saja memeluk tubuh Ghea yang sudah terbujur kaku di hadapannya.

"Non udah ya nangisnya? Kasian nyonya pasti nggak tenang di sana kalo Non nangis terus, sini peluk mbak sayang..." tawar wanita yang berusia lebih muda dari Ghea, wanita itu bernama Fiasha Putri, panggil saja Mbak Fia. Wanita itu telah bekerja sebagai asisten rumah tangga keluarganya Bianca, saat ia berusia tiga tahun.

Bianca memeluk Mbak Fia dari samping, matanya terus terfokus kepada wanita yang sudah tidak memiliki nyawa saat ini hingga seterusnya.

"Caca nakal emangnya Mbak? Kenapa Caca selalu aja ditinggalin sama semua orang, apa Caca nggak pantas dapetin kebahagiaan dari seseorang?" tanya Bianca dengan pelan.

"Ssttt, Non nggak boleh bicara begitu. Tuhan itu maha baik sayang, kamu harus yakin kalau Tuhan sudah merencanakan kebahagiaan yang lebih buat kamu." Mbak Fia segera mengecup singkat kening gadis belasan tahun dihadapannya.

"Kapan?" tanya Bianca tanpa ada rasa takut. "Kapan Tuhan akan memberikan itu semua untuk Caca Mbak? Kapan?! Apa harus Caca mati dulu untuk dapatin itu semua?" tanya Bianca kembali. "Caca cuma mau bahagia Mbak, tapi ternyata sesudah itu ya mencari letak kebahagiaan?"

Mbak Fia tersenyum manis. "Caca nggak bahagia punya Mbak Fia? Caca nggak bahagia punya Papa yang masih menjalankan tanggungjawabnya seorang ayah walaupun mereka udah lama cerai? Caca emangnya nggak bahagia punya Pak Tarno yang selalu sayang Caca sama seperti Mbak sayang sama Caca." wanita itu menarik napasnya sejenak lalu mengeluarkannya. "Caca kurang bahagia apa lagi sayang? Kamu dikelilingi orang-orang baik, percaya sama Mbak!"

Bianca menunduk, ia mengepalkan kedua lengannya erat. "T-tapi Caca selalu dipandangnya buruk sama temen-temen Caca! Padahal Caca cuma mau mereka perhatian sama Caca Mbak, nggak lebih. Apa Caca nggak pantas diperhatikan sama temen-temen Caca? Selalu aja Anna yang mereka banggakan, selalu aja Anna yang mereka andalkan, C-Caca nggak pernah dikasih peluang untuk jadi lebih baik lagi juga mensyukuri diri Caca sendiri Mbak."

"Di dunia ini seolah-olah Anna manusia paling sempurna Mbak, dan Caca adalah manusia yang paling cacat juga buruk rupa dipandangan mereka—"

"CACA NGOMONG APAAN SIH?!" sentak Mbak Fia tidak suka, wanita itu mengusap kasar air matanya. "Caca nggak boleh ngomong gitu, Caca harus tetap jadi orang baik ya sayang?"

"Ghea..."

Bianca juga Mbak Fia spontan menoleh, mereka berdua mendapati seorang wanita ditemani dengan suami, putri juga putranya. Bianca bangkit, ia berjalan menghampiri mereka bertiga dengan mata memanas.

"Mbak! Lihat kelakuan Mbak! M-mama pergi ninggalin Caca Mbak!" sentak Bianca, gadis itu menunjuk lurus kearah Ghea yang sudah tak bernapas.

Flashback On

7 Rajawali Where stories live. Discover now