50. Satu dan Setia

Start from the beginning
                                    

Lahya tersenyum simpul, lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Alif. "Lahya memang masih sedih karena ditinggal Liya, tapi Lahya lebih sedih lagi keinget Nadine gak punya temen di rumah. Mamanya pasti sibuk kerja. Apalagi beberapa hari ini Nadine gak pernah aktif di medsos."

"Nadine gak pernah aktif di medsos, mungkin ingin menenangkan dirinya setelah kehilangan Liya. Nanti kalau kita main ke rumah bapak, sekalian kita lihat kondisi Nadine. Oke?"

"Makasih, ya, Mas."

Alif mengecup kening Lahya. "Sama-sama cinta."

Lahya beranjak berdiri membuat Alif menahan tangannya. "Mau kemana?"

"Mau ke kamar."

"Ngapain?"

"Ng..gak tau juga sih," kekeh Lahya kebingungan.

Alif ikut berdiri, lalu menarik Lahya untuk duduk di sofa.

"Mau ngapain?" tanya Lahya bingung dengan Alif yang tiba-tiba saja berbaring di sofa yang menjadikan pahanya sebagai bantal.

"Mas pengen dimanja sama kamu," minta Alif menempelkan tangan Lahya di pipinya. Untuk pertama kalinya Alif berterus terang jika ingin dimanjakan istrinya. "Kenapa, kaget ya? Tiba-tiba Mas minta dimanja sama kamu?"

"Nggak juga," balas Lahya singkat. Dibelainya penuh sayang pipi Alif. "Lahya tau, kok, Mas Alif juga pengen dimanja, tapi maaf ya Mas kalau Lahya belum bisa manjain Mas Alif seperti kemauan Mas Alif."

"Mas cuma pengen dimanja kamu, bukan dengar permintaan maaf kamu sayang."

Lahya cemberut. Ia memperhatikan Alif yang menatapnya lekat. Benar-benar lekat. Bisa dikatakan, Alif tengah meniti tiap inci di wajahnya.

"Kenapa?" tanya Lahya mulai gugup dan salah tingkah ditatap Alif.

Alif bangkit lalu merapat pada Lahya. Tangannya nyisipkan anak rambut istrinya ke belakang telinga. Ditelusurinya setiap lekukan wajah Lahya dengan telunjuknya.

"Kenapa?" tanya Lahya merasa tidak aman dari suaminya sendiri.

"Yen widodari kalah kalih cundamani. Saestu sayang, cundamani kalah kalih sampean," kagum Alif pada ukiran terbaik tuhan yang ditatapnya sekarang. -Jika bidadari kalah sama permata berlian. Percaya sayang, permata berlian itu kalah sama kamu.

"Mas...," rengek Lahya reflex menutup wajahnya malu. Ada saja gombalan yang keluar dari bibir Alif saat mereka berduaan. Ini tidak aman untuk kesehatan jantung Lahya.

Alif menahan tawanya melihat telinga Lahya memerah salah tingkah. Ia menarik tangan Lahya yang menutup wajah ayunya. "Cah ayu moso malu?" goda Alif masih berusaha membuka wajah Lahya.

"Mas jangan, muka Lahya merah beneran gara-gara gombalan Mas."

Alif tertawa. Memang benar yang dikatakan Giandra, hal paling seru untuk mengisi kekosongan waktu adalah menganggu atau menggoda Lahya.

"Ternyata kamu bisa salah tingkah juga, ya? Mana lucu lagi, pantes Giandra betah ganguin kamu sampai nangis. Orang bikin gemes gini," ujar Alif memeluk Lahya dengan erat.

Lahya bergerak ingin lepas dari Alif yang menertawakannya. "Mas Gian emang suka nularin virus jahilnya ke orang, ya, heran deh."

"Yang bilang Mas jahil siapa? Ucapan Mas tadi itu terbukti tanpa harus adanya pihak yang memvalidasi, Cundamani lewat Yang."

"Yang?"

"Sayang..."

"Aaaa..." Lahya akhirnya berteriak tidak tahan dengan gombalan Alif. "Ummi liat anaknya ummi kanapa jadi buaya begini."

ALIFWhere stories live. Discover now