24. Pesan Baper

88.6K 6.2K 515
                                    

Budayakan untuk memvote setelah membaca, dengan begitu penulis akan lebih semangat untuk up tiap minggunya. Terima kasih sebelumnya penulis berikan untuk kalian.

 Terima kasih sebelumnya penulis berikan untuk kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lahya-Nadine-Rama-Alif sudah berada diruang guru. Mereka berempat sengaja didudukkan dihadapan semua guru SMA Tunas Bangsa yang baru saja selesai rapat. Kata Satya mereka dipanggil ke ruang BK, namun malah berujung masuk ke ruang guru.

Masing-masing keempatnya yang merasa tidak pernah melakukan kesalahan hanya terdiam dengan pikiran bertanya-tanya. Apa sebenarnya yang terjadi sampai mereka berempat dipanggil ke ruang guru?

Sumpah, Lahya pernah mendapati temannya diposisi ini sebelum akhirnya di DO dari sekolah. Brarti mereka berempat sekarang akan disidak oleh kepala sekolah yang diawasi langsung para guru? Tapi, apa salah mereka berempat?

"Lahya Deemah, kelas duabelas IPA.A. Siswa yang sebentar lagi masuk final dari cabang lomba pencak silat!"

"Saya, Bu!" Lahya mengangkat tangannya saat kepala sekolah membaca selembar kertas ditangan.

Melihat itu semua guru berdecak kecewa melihat ke arahnya. Menggeleng secara bersamaan seolah Lahya telah melakukan suatu hal yang fatal. Lahya lihat betul situasi dalam ruang guru. Semua guru terlihat saling berbisik satu sama lain.

"Apa benar ini punya kamu?"

Bagai disambar petir pagi hari, pertanyaan kepala sekolah tersebut berhasil membuat Lahya terkejut bukan main. Seperti dihantam batu besar dan tepat sasaran mengenai dada, sesak seketika menyerang nafas Lahya. Semua mata menatap ke arah Lahya tanpa terkecuali.

"Ini benar punya kamu?" Kepala sekolah mengangkat tespek dan hasil usg untuk memperlihatkannya pada keempat orang yang duduk dihadapan para guru sekarang. Kepsek memegang kedua benda itu dengan cara melapisinya selembar tisu.

"Ada teman kamu yang menyerahkan ini ke BK. Katanya, kamu membuang ini di toilet sekolah kemarin."

Lahya menggeleng kuat. "Itu bukan punya Lahya, Bu."

Gila saja teman Lahya itu. Lahya dekat sama teman cowoknya saja tidak. Bagaimana bisa menuduh dirinya hamil dengan kedua benda yang belum ia lihat sebelumnya.

"Lalu, kenapa kamu terlihat sangat kaget?"

"Bagaimana tidak kaget, Bu? Orang sepupu saya deket sama cowok aja keliatan najis banget, terus tiba-tiba dituduh hamil. Mikirlah!" sarkas Nadine pada kepala sekolahnya sendiri.

"Nadine!" peringat Lahya agar sepupunya itu tetap menjaga sopan santunnya.

"Jaga sopan santun kamu Nadine. Kamu tidak ingin dikeluarkan dari sekolah ini, bukan?" ancam kepala sekolah membuat Nadine mendengus kesal.

"Lahya?" panggil kepala sekolah menunggu jawaban Lahya.

Hal pertama yang Lahya cari adalah Gus polisi. Lahya menoleh mencari polisi muda itu yang duduk di samping Rama.

ALIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang