46. Delusi

110K 9.1K 2.4K
                                    

Mari melestarikan vote dan komen di setiap bab cerita ini sebagai bentuk apresiasi kalian pada penulis.

Jadilah pembaca bijak yang tahu cara menghargai karya orang lain setelah menikmatinya.

Jadilah pembaca bijak yang tahu cara menghargai karya orang lain setelah menikmatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Nadhif Basalamah - Penjaga Hati 🎧)

Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian dikamar iparnya, untuk pertama kali Lahya masuk ke kamar Alif. Satu hal yang membuat Lahya terpaku sejak masuk kamar suaminya.

Potongan koran yang memuat berita dirinya 10 tahun lalu menjadi figur dalam bingkai foto kecil di atas nakas. Lahya menoleh pada Alif yang tersenyum duduk di pinggir kasur.

"Cantiknya masih sama," ucap Alif disambut senyum hangat Lahya.

Lahya kembali melihat seisi kamar Alif yang luas. Seragam PDL Alif yang tergantung di belakang pintu, ada sekitar 7 kamera yang tersusun di rak, kitab-kitab yang berjudul tulisan arab, buku-buku sosiologi hukum dan lainnya, foto-foto masa kecil sampai dewasa suaminya terjejer rapi di dinding kamar.

"Mas dulu kuliah dimana?" tanya Lahya berdiri di depan foto wisuda Alif.

"UI," jawab Alif singkat. Ia melangkah menghampiri Lahya yang masih terkagum melihat foto-fotonya.

"Kenapa harus kriminologi?"

Alif mengusap surai hitam Lahya yang panjangnya hanya sepunggung. "Karena saya ingin menegakkan keadilan untuk anak kecil yang saya cintai."

"Kenapa bukan hukum?"

"Kriminologi juga belajar hukum. Bedanya selain saya tau hukum, saya juga tau penyebab orang bisa melakukan kejahatan dari aspek fisik, budaya atau bahkan lingkungan sosialnya. Saya penasaran kenapa dia bisa melakukan hal keji itu pada anak kecil yang tidak punya salah dan dosa," jelasnya membuat Lahya manggut-manggut mengerti.

"Jadi apa penyebabnya?"

Alif menggeleng. "Mas tidak bisa jawab."

"Kenapa?"

"Menjawab pertanyaan kamu sama saja Mas mengingatkan trauma kamu kembali. Jadi, tidak usah, ya?"

Lahya tidak menjawab, ia kembali memfokuskan dirinya pada foto-foto lawas Alif. Ia sebenarnya sudah tahu apa penyebab orang bisa menjadi pedofil. Ia sudah mencarinya melalui google sendiri, meski setelah itu traumanya kambuh menyesakkan hati.

Lahya hanya ingin mendengar penjelasan langsung dari ahlinya, tapi benar kata suaminya. Yang ada Lahya akan teringat dengan traumnya lagi.

"Cinta!" panggil Alif.

"Hm?"

"Lahya?"

"Bicara aja Mas," jawab Lahya tidak mau diganggu saat sedang fokus.

ALIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang