42. Cinta Segitiga

98.1K 8.5K 2.8K
                                    

Mari melestarikan vote dan komen di setiap bab cerita ini sebagai bentuk apresiasi kalian pada penulis.

Jadilah pembaca bijak yang tahu cara menghargai karya orang lain setelah menikmatinya.

Jadilah pembaca bijak yang tahu cara menghargai karya orang lain setelah menikmatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Melly Goeslaw - Ketika Cinta Bertasbih🎧)

"Lahya sudah menolak lamaran Gus polisi. Sekarang Gus mau apa lagi? Lahya sudah bertunangan," balas Lahya menarik Rama untuk menutupi dirinya dari Alif.

"Lebih baik Gus Alif pulang saja. Jangan sampai terjadi keributan disini," usir Rama menunjuk pintu ruang rawat Lahya. Wajah Rama sudah merah menahan amarah yang tak lama lagi meledak.

"Tidak, semua ini bohong. Lahya kamu istri saya. Ini mimpi, kan, cinta?"

Ayasya menarik tangan Alif agar menyudahi kegilaannya. "Mas sudah. Iklhas saja. Ayok kita pulang."

"Tidak Ay. Lahya istri Masmu, bukan tunangan Rama."

"Sabar Mas. Belum rejeki, kita pulang, ya, Mas?"

"Tidak-tidak."

Ayasya semakin kuat menarik tangan Alif. "Mas?!"

Alif menggeleng kuat. Ia bersikeras untuk diakui sebagai suami Lahya. Hatinya sakit. Ia tidak bisa hidup tanpa Lahya. Lahya belahan jiwanya. Jika orang lain mengambilnya, lalu apa Alif harus hidup diraga yang hampa?

"Mas!"

Satu kali hentakan kuat Ayasya menarik kakaknya. Ayasya tak sendirian, bahkan ia dibantu oleh Giandra untuk menarik tubuh Alif duduk dalam posisi tegak.

Mata Alif terbuka. Linglung seketika. Nafasnya memberu naik turun. Pipinya sudah basah.

"Aya?"

"Hissssshh...Mas ini bikin orang takut aja," geram Ayasya akhirnya bisa benafas lega.

Giandra yang sudah ikut panik itu duduk melantai diruang rawat Lahya. Ia yang tadinya bersantai diluar, mendadak dipanggil masuk oleh Ayasya untuk membangunkan Alif yang terisak dalam mimpi.

"Gus mimpi buruk, ya? Lahya bangunin dari tadi susahnya minta ampun."

Alif melihat wajah khawatir Lahya yang menyeka air matanya. Alif menyentuh tangan Lahya, semua terasa nyata. Tidak ada Rama dalam ruangan. Ia mencari mahasiswa itu dalam sampai memutar tubuhnya 360 derajat kembali mengadap Lahya.

"Alhamdulillah." Alif bersyukur berulang kali. Tak henti-hentinya ia mencium telapak tangan Lahya. Syukurlah semua hanya mimpi.

Lahya, Ayasya, dan Giandra hanya melempar tatapan bingung satu sama lain. Kepala Ayasya menggeleng, ia tidak tahu apa yang sudah kakaknya mimpikan sampai menangis tersedu-sedu.

"Lain kali jangan tidur sore Gus. Jadinya mimpi buruk, kan? Untung gak kebablasan," ucap Giandra berdiri.

"Hush! Sembarangan," tegur Ayasya tidak terima.

ALIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang