45. Label Halal

105K 8.5K 1.9K
                                    

Mari melestarikan vote dan komen di setiap bab cerita ini sebagai bentuk apresiasi kalian pada penulis.

Jadilah pembaca bijak yang tahu cara menghargai karya orang lain setelah menikmatinya.

Jadilah pembaca bijak yang tahu cara menghargai karya orang lain setelah menikmatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku gak bakal lepasin, kecuali kamu janji gak bakal ninggalin aku seperti yang lain."

"Kamu toxic Sar. Gak ada orang tahan temenan, apalagi sahabatan sama kamu."

Sarah melepas cekalan tangannya. "Aaaa...!" teriak Sarah mengacak rambutnya frustasi.

Liya ketakutan melihat Sarah yang mulai menggila sendirian. Liya mundur. Sarah tak berhenti memukul dirinya sendiri. Bahkan beberapa kali mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Kamu kenapa Sar?" tanya Liya takut dengan tingkah aneh Sarah.

Sarah berhenti. Nafasnya naik turun. Matanya merah. Kedua tangannya terkepal kuat. Ia berputar, matanya mencari suatu. Sementara itu, Liya bingung. Ia tidak mau ambil pusing dengan kegilaan Sarah yang baru ia lihat untuk pertama kalinya. Ia ingin segera pergi dari pada terjadi suatu hal yang tidak ia inginkan.

"Dari pada harus ditinggal lagi, meding kamu yang meninggal!" kata Sarah sudah mengangkat tongkat bisbol dan ...

Bagh!

Pukulan begitu kuat tepat mengenai punggung Liya, sampai siswi itu jatuh tak berdaya di atas lantai.

"Kamu pikir bisa ninggalin aku?" tanya Sarah berjongkok di samping tubuh Liya.

Liya masih sadar, tapi tubuhnya terkulai lemas tak berdaya. Matanya masih tajam menatap Sarah yang tersenyum puas melihatnya.

"Orang seperti kamu emang pantes gak punya temen. Dasar psikopat!"

Sarah tertawa kejam. "Aku bukan psikopat, tapi kalau itu mau kamu akan kuwujudkan."

Liya berusaha untuk bangkit, tapi dengan kejamnya Sarah menendang kedua tangan Liya sampai jatuh kembali. Liya menangis ketika kepala terbentur keras ke lantai karena ulah Sarah.

"Mau ninggalin aku, ya?" tanya Sarah sedih. Siswi itu merogoh saku olahraganya. Ia mengeluarkan segelas minuman pemberian guru BK.

Minuman ini sudah ia kantongi sejak kemarin. Ini hanya minuman biasa yang diberikan oleh guru BK, Bu Wina.

"Ini minuman untuk kamu yang sudah bantu Ibu untuk rawat kebun belakang sekolah. Kamu masuk BK untuk aduin Nadine lagi?"

Sarah mengangguk kikuk. "Iya Bu."

"Sayang sekali orang seperti kamu selalu jadi bahan bullyan. Ibu kalau jadi kamu, pasti pasti sudah bales perbuatan mereka semua. Tapi kamu baik, gak seperti Ibu."

"Iya, Bu."

"Tumben kamu masuk BK sudah tidak bersama Liya. Kalian sedang ada masalah?"

Sarah memainkan gelas minuman di bawah meja. "Iya, Bu."

ALIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang