Bab 17.2

568 125 0
                                    


Dengan wajah yang terlihat sedih dan merengut, Yurui hanya menundukkan kepala tanpa menjawab Ayahnya.

"Bulan depan akan diadakan prosesi pengenalan calon pengantin wanita di kediaman Karashu di Osaka."

Yurui memandang Ayahnya dengan terkejut, karena tak menyangka pernikahannya akan diadakan secepat itu. Sambil meremas tangannya sendiri, Yurui berusaha tenang dan berpikir jika pernikahan ini tidak akan terjadi.

"Ya," jawab Yurui tanpa bantahan sedikit pun.

Yuu Akuma menatap putrinya dengan agak curiga, karena Yurui tidak terlihat ingin menentang atau marah. Yurui terlihat jauh lebih tenang, tapi juga itu membuatnya senang.

"Kulihat, kau sudah banyak mengalami kemajuan. Kau sudah bisa mengendalikan emosi dan sikapmu," kata Yuu kemudian.

Yurui masih merengut tak berniat membalas perkataan Ayahnya. Dia mengambil teko dan menuangkan teh kembali ke cangkir Ayahnya.

"Kembalilah ke kamarmu, aku masih menghukummu."

Dengan segera Yurui bangun, tapi dia teringat rencananya untuk pergi ke Kyoto. Dia pun duduk lagi sambil menatap Ayahnya.

"Chichi, aku ingin ke Kyoto."

"Tidak."

"Aku ingin bertemu Obachan (Nenek) dan Paman Rui."

"Tidak."

Dengan wajah yang benar-benar merengut, Yurui bangun dan segera pergi tanpa mengatakan apa pun. Ketika dia mendorong pintu geser, dia dengan sengaja membantingnya agak kasar hingga terdengar suara nyaring.

Sepertinya Yuu Akuma menarik kata-katanya saat memuji Yurui yang mengalami kemajuan dalam bersikap. Karena baru saja, Yurui kembali menunjukkan sifat aslinya.

Dengan kesal Yurui pergi ke kediaman orang tuanya masih dengan Hiro yang mengikutinya dalam jarak satu meter di belakangnya.

"Bulan depan aku akan ke Osaka, untuk prosesi pengenalan calon menantu klan Karashu," kata Yurui, dengan suara yang agak pelan.

Hiro jelas mendengarnya, dengan jarak mereka yang hanya satu meter. Untuk orang lain yang melihatnya, Hiro benar-benar bodyguard Yurui yang selalu mengawalnya ke mana pun.

Dengan ekspresi yang masih merengut, Yurui bertanya, "Apa kau sudah memiliki rencana?"

"Ya," jawab Hiro. "Karena Ayahmu ingin menguasai Osaka menggunakan dirimu untuk menekan Ren Matsumoto, aku memiliki rencana agar keinginan Ayahmu segera terwujud tanpa kau harus menikahi Ren Matsumoto."

Tanpa berbalik, Yurui tetap berjalan dan bersikap biasa saja. "Bagus. Katakan apa rencanamu padaku nanti, oke."

"Hm." Hiro membalas dengan gumaman singkat.

Mereka tiba di kediaman utama, dan Yurui segera memasuki bangunan besar dan megah itu. Dia pergi ke sebuah ruangan yang sangat di hapalnya, membuka pintunya dengan tiba-tiba.

"Ya ampun! Yu-chan, ketuk pintu lebih dulu." Haelyn yang sedang menata tas-tas mewahnya pun terkejut.

Di sisi lain ada Leon yang sedang berdiri sambil bersandar ke dinding dengan kedua tangan di telinga dan satu kaki diangkat. Yurui melewati Leon, menatapnya dengan wajah cemberut, dan Leon balas menatapnya dengan wajah memohon.

"Apa lagi yang dia curi?" tanya Yurui pada Ibunya. Dia menatap Leon dengan seringai jahil, yang berbanding terbalik dengan ekspresi sebelumnya.

"Dia mengambil sepatu Haha yang baru dibeli bulan lalu, dan menukarnya dengan action figure," jawab Haelyn sambil menunjuk action figure berupa gadis anime yang sudah patah menjadi dua di lantai dengan begitu menyedihkan.

Tutoring the Princess Yakuza (Tersedia di Google Play & KARYAKARSA)Where stories live. Discover now