Bab 8.2

853 165 7
                                    


Mr. Hideo mengambil kartu lebih dulu, kemudian membalikkannya dan mendapat angka dua, disusul oleh Mr. Rei yang mendapat angka lima, sedangkan Mr. Igor mendapat kartu As. Yang terakhir mengambil adalah Yurui sebagai seorang dealer. Ketika dia membalikkannya di atas meja, dia mendapat kartu Queen.

Mr. Rei dan Hideo berseru, "Ah!" Sedangkan Mr. Igor justru tertawa, seolah dia benar-benar merasa terhibur.

Yurui ikut tertawa kecil, menatap pria itu. "Mr. Dobrashin, kartu as Anda bisa saja saya kalahkan."

Mr. Igor semakin tertawa keras, kemudian berkata, "Aku hanya senang bermain sambil menatap gadis secantik kau. Orang-orang bilang, bunga sakura paling cantik, tapi satu kebun bunga sakura pun tidak bisa dibandingkan dengan kecantikanmu."

Bukan hanya Yurui, bahkan Kyota dan yang lainnya sampai tertawa, kecuali salah satu bodyguard yang berdiri di belakang Yurui, tanpa sedikit pun jejak tawa. Mungkin benar-benar tak ada yang menyadari, tapi jauh dalam pandangannya, dia seolah ingin mematahkan leher para pria di depan Yurui.

Hiro berdiri di belakang Yurui, menatap tiga pria di depan meja, seolah memindai dan menandai wajah mereka satu persatu. Meski dia berdiri dengan kedua tangan di kedua sisi tubuhnya, wajah tanpa ekspresi, tapi siapa yang bisa mengukur apa isi pikirannya?

Ketika Yurui melanjutkan permainannya, diiringi oleh godaan demi godaan dari para pria itu, Kyota hanya menonton mereka sambil duduk bersandar. Dia menoleh ke belakang Yurui, di mana Hiro sedang berdiri menatap tiga pria itu dengan wajah tanpa ekspresi. Namun dia tahu, diam-diam Hiro menyembunyikan aura membunuhnya.

Merasakan ditatap, Hiro menoleh pada Kyota dan pandangan mereka bertemu. Kyota menatapnya dengan ekspresi malas, sedangkan Hiro melemparkan seringai yang amat samar tapi Kyota bisa mengetahuinya dengan cepat.

Kyota menatapnya tajam seolah berkata, 'jangan macam-macam', dan Hiro melemparkan tatapan dan senyum licik seolah berkata, 'kau tak bisa mencegahku'. Keduanya seolah berbicara satu sama lain meski tanpa ada satu pun kata yang keluar dari mulut mereka, dan wajah mereka bagi orang lain seperti tak berekspresi.

Kyota melirik punggung Yurui, seakan memberitahukan Hiro untuk tidak membuat ulah demi Yurui. Bukannya membalas tatapannya, Hiro malah membuang tatapannya dan kembali memperhatikan tiga pria di depan Yurui yang masih bermain sambil bercanda dengannya.

Hampir satu jam Yurui bermain kartu, sampai dia merasa kakinya sudah pegal karena terus berdiri. Akhirnya, di putaran ketiga, Yurui yang terakhir membuka kartu dan mendapat jumlah yang sama dengan salah satu pemain. Ketika permainan berakhir, dia tetap menjadi pihak yang menang. Dengan tiga kali putaran, dua kali menang dan satu kali kalah.

"Sungguh menyenangkan bermain dengan Nona Sendai!" kata Mr. Igor.

"Sepertinya permainan jauh lebih menyenangkan jika ditemani gadis secantik nona Sendai," sambut Mr. Hideo.

"Terima kasih," kata Yurui sambil menganggukkan kepalanya.

"Mr. Kyota Sendai, kenapa kalian tidak merekrut dealer dari para gadis? Permainan akan jauh lebih menyenangkan." Mr. Igor kembali memberikan usul.

"Ah, saya benar-benar tidak memikirkan itu sebelumnya. Ayah kami tidak suka mempekerjakan seorang gadis di kasino kami. Namun, saran dari Mr. Igor benar-benar telah membuka pemikiran saya," balas Kyota dengan senyum tertarik.

Kyota dan dua pria lainnya berbicara, dengan penuh basa-basi dan niat terselubung masing-masing, sedangkan Mr. Rei sejak tadi terus menatap Yurui seolah tak ingin mengalihkan pandangannya.

Kemudian Yurui bersiap dan berkata, "Tuan-tuan, silakan nikmati waktu kalian. Saya tak bisa lagi menemani kalian."

"Tidak masalah, terima kasih, Nona Sendai."

Tutoring the Princess Yakuza (Tersedia di Google Play & KARYAKARSA)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora