Bab 17.1

745 147 2
                                    


Dua hari kemudian.

Selama dua hari Yurui benar-benar dikurung oleh Ayahnya di kediaman Sendai. Bahkan selangkah pun dia tak boleh keluar dari kediamannya. Setelah malam itu menghilang dalam acara makan malam, Yurui telah membuat Ayahnya murka di hadapan ketua Matsumoto.

Dengan penuh kebosanan yang terpasang di wajahnya, Yurui turun dari kamarnya ke lantai dasar sambil membawa peralatan melukis. Dia mengenakan gaun musim panas semata kaki dan berlengan pendek, rambutnya dikuncir kuda, dengan wajah polos tanpa riasan.

Ketika tiba di lantai bawah, ada beberapa penjaga yang sedang berdiri tegap dengan wajah tanpa ekspresi dan siap untuk mendengarkan perintahnya.

"Kalian berdua, kemari," kata Yurui pada dua penjaga.

Dua penjaga yang terdekat segera mendekatinya kemudian membungkuk hormat. "Ya, Nona muda."

"Bantu aku bawa ini, dan temani aku melukis di taman," katanya lagi sambil memberikan peralatan melukisnya.

Dua penjaga itu segera membawa kanvas, stand lukis dan berbagai peralatan lainnya. mereka mengikuti Yurui di belakang, meninggalkan kediamannya menuju taman Zen yang ada di sisi lain kediaman orang tuanya.

"Apakah Chichi masih belum membiarkanku keluar? Aku ingin pergi membeli cat."

"Bos masih belum memberi izin," jawab salah satu pria.

Dengan suara 'hmp!' Yurui berjalan cepat sambil memasang wajah merengut. Dia pergi ke taman, dan memerintahkan dua penjaga untuk meletakkan kanvas dan cat lukisnya, lalu memposisikannya sesuai yang dia inginkan.

"Kalian berdua jadi modelku, dan ambil satu kursi," perintahnya lagi.

"Ha'i!" Satu bodyguard pergi untuk mengambil kursi sedangkan yang satunya menemani Yurui.

Setelah pria tadi datang membawa kursi, Yurui meminta salah satunya untuk duduk di kursi dan yang lainnya berdiri di belakang kursi. Dia berdiri di hadapan dua bodyguard itu, berkacak pinggang sambil berpikir posisi yang lebih pas.

"Kau lepas dasimu," perintahnya pada pria yang berdiri.

Pria itu segera melepaskan dasinya, dan Yurui meminta pria yang duduk di depan untuk menyatukan kedua tangannya. dengan cekatan dia mengikat kedua pergelangan tangan bodyguard-nya itu, lalu menyuruh yang di belakang untuk mencekik pria di depan.

"Nah, kalian tahan pose seperti ini selama beberapa menit, oke. Aku akan membuat sketsa."

Yurui kembali ke depan kanvasnya, mengambil pensil sketsanya dan memulainya. Dia sesekali melihat ke arah dua model, lalu mulai membuat sketsa. Setiap goresan pensil di kanvasnya, terlihat begitu lancar. Akan tetapi dua pria di depannya sudah bertampang muram, ingin melarikan diri secepat mungkin.

Mungkin mereka berpikir, mengikuti kedua tuan muda lebih baik daripada mengikuti seorang nona muda.

"Ekspresi kalian jelek sekali. Aku tidak akan melukis kalian, aku hanya ingin mendapatkan referensi dari pose kalian saja," komentar Yurui, masih dengan tangan bergerak membuat sketsa.

Bukankah pelukis profesional sudah bisa membuat lukisan tanpa melihat model? Pikir dua pria itu, tapi mereka hanya tersenyum untuk menyenangkan sang nona muda.

"Apa yang kau lakukan pada dua bodyguard-mu?" Sebuah bisikan terdengar di belakangnya.

"Ah!" Yurui berjengit terkejut sampai menjatuhkan pensilnya. Dia segera berbalik ketika merasakan rasa dingin di lehernya, kemudian bertemu pandang dengan Hiro yang sedang membungkuk di belakangnya sambil melihat sketsanya.

Tutoring the Princess Yakuza (Tersedia di Google Play & KARYAKARSA)Where stories live. Discover now