Bab 11.3

787 153 3
                                    

Tak lama dua bodyguard Yurui datang dengan napas tersengal karena mereka berlari ke tempat ini.

"Nona!" Dua bodyguard-nya dengan begitu ketakutan menghampiri Yurui sambil membungkukkan tubuh mereka beberapa kali. "Maafkan kami yang lengah!"

"Sudah hentikan, ini bukan salah kalian."

"Kalian awasi pria ini," kata Hiro.

Dua bodyguard itu menyetujuinya, sedangkan Hiro membawa Yurui untuk keluar dari bangunan toilet. Keadaan di sekitar mereka masih sepi dari pengunjung, sampai datang satu mobil sedan serta satu mobil patroli ke tempat mereka dan menarik perhatian beberapa pengujung di tempat lain.

Sosok Kyota muncul dari mobil sedan dengan wajah dingin. Dia mendekati Yurui, kemudian memeriksanya secara menyeluruh. Sambil menghela napas dia menepuk puncak kepala Yurui.

"Oniichan," bisik Yurui.

Kyota segera memeluk Yurui, membelai punggungnya dengan lembut. "Syukurlah kau baik-baik saja."

"Hiro yang melindungiku," jawab Yurui sambil membalas pelukannya.

"Aku baru mendapat izin dari polisi patroli di pintu masuk. Aku tidak bisa langsung masuk karena ini adalah area taman, jadi akan ada pihak yang terlibat karena ini di negeri orang," kata Kyota. Dia menatap Yurui sambil membelai wajahnya. "Perlihatkan wajah ketakutan seakan kau hendak diperkosa."

Yurui mengerutkan dahinya tak mengerti.

"Ayah akan datang untuk mengurus semuanya, sekaligus menjemputmu. Ayah akan mengatakan bahwa pria itu adalah salah satu bawahannya, dan dia hendak memerkosamu. Tunjukkan wajah ketakutan dan traumamu. Karena ini adalah masalah internal dalam organisasi, kepolisian Korea tidak akan memilih untuk ikut campur lebih jauh." Kyota menatap Yurui dengan penuh pemahaman.

Yurui pun buru-buru memeluk tubuh Kyota, menyusupkan wajahnya dengan ekspresi yang berubah. Kemudian sebuah isakan muncul.

"Oniichan, aku takut," isaknya.

Dua polisi yang berpatroli datang bersama Kyota dan segera

masuk ke bangunan toilet, kemudian mereka keluar membawa pria babak belur yang terikat.

"Aku sudah di sini, jangan takut lagi," kata Kyota sambil membelai kepala Yurui.

"Kenapa dia memiliki niat jahat padaku? Chichi sudah mempercayainya." Isakan Yurui masih terdengar, dengan nada yang dipenuhi oleh getaran penuh ketakutan, tanpa ada sedikit pun kepalsuan yang menonjol.

Hiro berbicara pada dua polisi patroli menggunakan bahasa Inggris, tapi mereka tidak mengerti. Dia pun berbicara dalam bahasa Korea yang tidak begitu lancar, tapi bisa membuat komunikasi mereka lancar. Hiro menjelaskan kepada dua polisi patroli itu bahwa pria babak belur itu adalah bawahan Ayah Yurui yang ditugaskan untuk mengawalnya, lalu hendak memperkosa Yurui ketika mereka hanya berdua. Hiro mengakui dirinya sebagai salah satu bodyguard Yurui, dan saat itu dia dan dua rekannya tidak diizinkan ikut oleh Yurui.

Dua polisi itu sedikitnya mengerti, meski bahasa Korea Hiro tidak begitu bagus. Akhirnya dua polisi patroli membawa pria babak belur ke mobil mereka, dan akan membawanya ke pos polisi terdekat.

"Percuma Nona mengadu pada Kyo-wakai, karena dua polisi itu tidak akan mengerti apa yang Nona katakan," kata Hiro.

"Sialan kau, Hiro," balas Kyota dengan kesal. Karena dia baru ingat, mereka tidak akan mengerti bahasa Jepang.

Sambil menghapus air matanya Yurui menatap Hiro semakin takjub. Tentu saja, Hiro selalu mengejutkannya karena dia menguasai beberapa bahasa, sekaligus memiliki kemampuan yang mengejutkan.

"Hiro, berapa bahasa yang kau kuasai?" tanya Yurui.

"Tidak banyak, hanya beberapa."

"Sugoi!" puji Yurui masih dengan penuh ketakjuban. Karena orang Jepang sangat jarang yang bisa berbahasa asing, bahkan yang berbahasa Inggris pun sangat langka. Yurui sendiri mungkin akan malas belajar bahasa Inggris jika Ibunya bukan orang asing.

Kyota hanya memasang wajah malas melihat Yurui terus memuji Hiro, dan Hiro hanya tersenyum kecil seakan itu bukan apa-apa baginya. Dia pun akhirnya berbicara, "Chichi akan datang beberapa jam lagi untuk membawamu pulang."

Yurui segera bergerak menjauhi Kyota. "Aku tidak mau pulang! Aku mau melanjutkan liburan di kapal pesiar."

"Katakan itu pada Chichi," balas Kyota seraya pergi dari hadapannya.

Yurui dan Hiro saling pandang, kemudian berbagi senyuman penuh arti. Keduanya mengikuti Kyota memasuki mobil sedan. Yurui duduk di kursi belakang bersama Kyota, sedangkan Hiro duduk di kursi depan, di samping sopir sewaan.

Ketika Yurui duduk, dia merasakan perasaan tak nyaman dan mengganjal diantara pahanya. Kemudian bergerak-gerak gelisah dan tak nyaman. Saat dia menatap ke depan, Hiro pun sedang memandangnya dari spion atas hingga pandangan kedua bertemu.

Yurui menatapnya dengan penuh permohonan agar Hiro tidak berbuat macam-macam, tapi Hiro hanya menatapnya dengan senyuman tipis.

"Kenapa kau seperti cacing terkena garam?" tanya Kyota dengan nada ketus, saat melihat Yurui duduk gelisah di kursinya tak bisa diam.

Dengan wajah cemberut Yurui menumpangkan kedua kakinya sambil menatap ke luar jendela. Meski dia duduk dengan tak nyaman, tapi dia tak merasakan getaran apa pun di tubuhnya.

"Oniichan, kau tahu, kemampuan Hiro sangat bagus. Dia bahkan tidak mendapatkan lecet sedikit pun. kau masih kalah darinya. Terakhir kali saat aku dicegat dua preman, kau mengalahkan mereka tapi juga babak belur." Yurui tiba-tiba berbicara.

"Apa kau tahu perbedaan aku dan dia?" balas Kyota, dengan balik bertanya.

"Tidak, memangnya apa?"

"Karena aku masih dua puluh tahun, dan aku dididik untuk menjadi ketua yakuza yang sibuk. Sedangkan dia, sudah 25 tahun, memiliki pengalaman yang lebih banyak dan dididik untuk menjadi pemb––" Kyota tiba-tiba menghentikan perkataannya.

"Ehem. Maaf, Nona, Wakai, orang yang kalian bicarakan masih di sini," timpal Hiro dari depan.

Yurui tertawa senang, bisa membuat Kakaknya kesal dengan membandingan kemampuannya dengan Hiro. Sedangkan Kyota, sudah berwajah masam dan kesal, seolah hendak mematahkan tangan dan kaki seseorang.


🌸🌸🌸

Tutoring the Princess Yakuza (Tersedia di Google Play & KARYAKARSA)Where stories live. Discover now