Setelah mengatakan kata-kata yang menohok bagi Saga, meninggalkan mereka berdua dengan langkah yang mantap.

-dear nafika-

"Nih, sapu tangan." Reo menyodorkan sebuah sapu tangan berwarna biru dongker yang kerap dibawanya akhir-akhir ini.

Nafika menatap bingung Reo, lalu tertawa kecil. "Gue lagi engga ada niatan buat nangis."

"Bagus kalau gitu. Tapi lo tetap harus bawa sapu tangan ini, termasuk waktu ulang tahun Saga. Setidaknya sampai kita ketemu lagi besok," kata Reo lembut namun tegas.

Karena melihat Reo menjadi sangat serius Nafika akhirnya mengalah dan menerima sapu tangan itu. "Iya, iya. Tumben banget lo serius gini."

"Apanya tumben, kalau lo mau udah dari dulu gua serius-"

Nafika menyumpal mulut Reo menggunakan sapu tangan. "Berisik deh."

"Intinya, selama belum ketemu gua di party, sapu tangan itu jangan basah terlalu banyak," kata Reo tegas.

Nafika mengibaskan tangannya dengan pasrah, merasa tak kuasa menahan ocehan Reo yang terus mengalir. Dia memilih untuk mengiyakan semuanya. Meskipun hatinya berat dan penuh pertanyaan, namun saat itu dia memilih untuk menerimanya agar cowok berandal itu diam.

"Gue pulang dulu, mau siap-siap buat menjadi Princess Saga malam ini," pamit Nafika sambil melambaikan tangan. Karena melihat wajah masam Reo, Nafika mengedipkan matanya nakal, dan tertawa puas.

-dear nafika-

Nafika berdiri di depan cermin, menata rambutnya dengan indah untuk pergi ke acara ulang tahun Saga. Dia mengenakan dress yang sangat elegan, dengan setiap lipatan kainnya terlihat begitu sempurna. Dress itu dipilih oleh Aira, ibunya, yang selalu memiliki selera fashion yang tajam. Nafika merasa percaya diri dan anggun dengan penampilannya yang kali ini berbeda dari biasanya.

Sementara dia memeriksa penampilannya, matanya tergelitik oleh sebuah sapu tangan berwarna biru dongker yang diletakkan di atas meja riasnya. Sapu tangan itu adalah milik Reo, yang telah diberikan kepadanya beberapa waktu lalu.

Meskipun awalnya Nafika tidak yakin akan membawanya, namun Nafika merasa sapu tangan itu membawa kehangatan yang membuatnya membawa sapu tangan itu sesuai dengan kemauan Reo. Dengan tersenyum, dia menggenggam erat sapu tangan itu sebelum berangkat ke acara ulang tahun Saga.

Nafika datang menghampiri Aira, Dirga, dan Saga yang sudah menunggunya untuk berangkat ke pesta. Dengan langkah anggun, dia memamerkan kecantikannya yang memukau dalam dress yang dipilih oleh Aira.

Setelah menampilkan dirinya, Nafika memalingkan pandangannya pada Saga dengan senyum manis di bibirnya. "Apa Fika udah cocok buat bersanding dengan Saga malam ini, my bad brother?" tanyanya dengan penuh percaya diri, menantikan respons dari saudara laki-lakinya. Sorot matanya penuh harapan, ingin memastikan bahwa penampilannya mendapat persetujuan dari Saga.

"You always beautiful, Baby sist," puji Saga tulus. Suaranya terdengar sangat lembut dan hangat meskipun dia merasa canggung dengan situasi yang sedang mereka hadapi. Dia ingin memastikan bahwa Nafika tahu betapa berharganya dia bagi Saga, bahkan dalam keadaan yang sulit seperti ini.

Nafika tersipu malu saat Saga memuji kecantikannya. Wajahnya memerah seperti bunga yang sedang berkembang di pagi hari, sementara matanya bercahaya dengan rasa syukur dan kebahagiaan. Kesederhanaan dan kepolosannya semakin menambah pesonanya yang memikat. "Nikahin gue sekarang, Saga!" katanya dengan wajah serius.

Dear Nafika badbaby sist!Where stories live. Discover now