Rindu yang Terobati.

137K 7.3K 616
                                    

Sesuai permintaan Umma Maryam kemarin, saat ini ketiganya berangkat menuju Jakarta untuk melihat keadaan Rayyan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai permintaan Umma Maryam kemarin, saat ini ketiganya berangkat menuju Jakarta untuk melihat keadaan Rayyan. Mereka berhasil mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta setelah beberapa jam lamanya mengapung di udara. Setelahnya, Umma meminta Kafka untuk memesan driver online untuk membawanya menuju rumah Haikal.

Sedang, orang yang dimaksud saat ini tengah menikmati udara pagi hari di taman komplek yang berada di dekat rumah.
"Sayang," panggil Rayyan.
"Dalem, Mas."

Rayyan terkekeh.
"Udah bisa bahasa Jawa sekarang, hm?"

Ayra ikut tertawa mendengar itu.
"Gak, Mas. Aku cuma paham itu-itu aja, itu pun karena sering denger dari kamu."

Rayyan tersenyum menanggapi itu, ia memang jarang menggunakan bahasa Jawa ketika sedang bersama Ayra kecuali satu atau dua kata.

"Padahal kamu juga orang Jawa, Ay."
"Itu kan Ayah, kalau Bunda orang sini, jadi aku ngikut Bunda aja." kekeh Ayra, ia menjeda ucapannya.
"Jadi, Mas mau ngomong apa tadi?"

"Apa yang paling kamu benci di dunia ini?"
"Sebuah kebohongan dan pengkhianatan." balas Ayra, tanpa berpikir lagi.

Rayyan menganggukkan kepala, ia paham kenapa istrinya itu sangat membenci dua perkara itu.
"Bagaimana rasanya dikhianati, Ay? terlebih orang itu pamit tanpa aba-aba?"

"Entah, aku hampir lupa gimana rasa sakitnya pengkhianatan itu karena hadirnya kamu, Mas."

"Seandainya orang itu pergi dengan pamit, apa perasaan kamu akan lebih baik saat itu?" tanya Rayyan.

"Hm mungkin itu jauh lebih baik." balas Ayra, ia tersenyum menatap Rayyan.

"Jadi, itu alasan kenapa dulu kamu memilih kabur dari pesantren ketika Mas melakukan kesalahan waktu itu?"
"Karena kamu merasa kembali dikhianati?" sambung Rayyan.

"Itu bukan sepenuhnya salah kamu, Mas. Salahku juga karena belum bisa bersikap dewasa waktu itu,"

Mendengar itu Rayyan mengacak pelan puncak kepala Ayra.
"Jadi istri Mas ini sekarang udah dewasa, hm?"

"Menurut Mas sendiri, gimana?" bukannya menjawab pertanyaan Rayyan, Ayra justru kembali bertanya.

"Kamu itu masih bocil." balas Rayyan sekenanya, membuat Ayra memberengut kesal.

"Tapi bocilmu ini udah mau punya bocil juga, Mas." ledek Ayra.

Rayyan tertawa.
"Dasar bocil, Ayo pulang." Rayyan beranjak dari duduknya, ia mengulurkan tangan pada Ayra, mengajak istrinya itu untuk mengikuti langkahnya.

Keduanya terus melangkah beriringan dengan tangan yang saling bertaut, Rayyan tak henti-hentinya melantunkan sholawat dengan pelan, membuat sang istri tersenyum dan terus menatapnya dengan binar matanya yang menyorot rasa kagum.

Namun, senyuman itu pudar ketika detik berikutnya Rayyan menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. Matanya terpejam beberapa saat, menetralisir sesuatu yang terjadi.
"Mas kenapa?"

Mendengar itu, Rayyan kembali membuka matanya dan membalas tatapan Ayra dengan tersenyum kecil.
"Gak papa, ayo jalan lagi."

Meski ada sesuatu yang mengganjal di hati Ayra, ia tetap patuh dan kembali berjalan, kini keduanya sama-sama diam karena sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Sesekali, mereka tersenyum ketika ada tetangga yang menyapanya.

Setelah beberapa menit berjalan, kini keduanya telah sampai di depan pintu gerbang rumah Haikal, bertepatan dengan beberapa orang yang baru saja turun dari mobil yang berhenti tak jauh dari tempatnya. Rayyan yang hendak membuka gerbang ia urungkan begitu mendengar suara yang sangat familiar di telinganya.

"Rayyan?"

Deg!

"Umma?" satu kata yang lolos dari bibir Rayyan begitu ia menoleh dan melihat kedua orang tua serta adiknya sudah berdiri tepat di hadapannya. Pun sama halnya dengan Ayra yang terkejut melihat keluarga suaminya datang tanpa aba-aba.

Sedang, Kafka yang melihat kakaknya berdiri tegak mengerjabkan matanya perlahan.
"Abah, itu benar Mas Ray?" lirih Kafka, pada Abah yang juga sangat terkejut melihat putra sulungnya saat ini.

Air mata Umma tak bisa lagi ia bendung, ia langsung mendekat dan menghambur ke dalam pelukan Rayyan begitu mendengar putranya memanggilnya. Panggilan yang sangat ia rindukan yang pada akhirnya bisa ia dengar lagi.

Dengan air mata yang menetes tanpa suara, Rayyan mengusap bahu umma nya dengan pelan, Demi Allah ia tidak bermaksud menciptakan tangis untuk Umma nya sendiri.

Ayra yang melihat itu tersenyum haru, ia ikut meneteskan air matanya begitu melihat pemandangan seorang ibu yang sangat merindukan anaknya.

"Umma, maaf. Maafin Ray." lirih Rayyan, Umma hanya menganggukkan kepalanya mendengar itu. Meski hatinya kecewa karena putranya menyembunyikan tentang keadaannya, ia yakin jika Rayyan memiliki alasan lain dibalik itu semua.

Namun, berbeda dengan Abah, begitu ia melihat tatapan mata putranya, ada hal lain yang yang tersirat di dalam sana.

Rayyan menyalami Abah dengan takzim, sama halnya dengan Umma, ia memeluk ayahnya dengan erat.
"Sepertinya, sesuatu telah terjadi. Bukan begitu anak nakal?"

Rayyan tersenyum dalam pelukan ayahnya, masih sama seperti dulu jika ayahnya tidak bisa untuk ia bohongi.
"Apa Abah bisa untuk Ray bohongi?" balas Rayyan, yang hanya mampu di dengar oleh Abah.

Rayyan melepaskan pelukannya, ia tersenyum pada ayahnya.
"Ray baik-baik aja, Bah."

Abah menghela nafas mendengar kebohongan putranya itu. Rayyan mengalihkan tatapannya pada Kafka yang sedari tadi hanya diam dan terus memperhatikannya.

"Perubahan yang sangat drastis, Ka. Apa sekarang kamu berubah jadi pendiam?" ujar Rayyan, membuat Kafka langsung memeluk kakaknya dengan sangat erat.

"Mas kapan pulang ke pesantren?" Kafka menjeda ucapannya. "Kafka udah gak sanggup, apalagi sama temennya Mbak Ayra."

————————————
Ada apa dengan Rayyan?

H-8 PO🥳 Semangat nabungnyaa!😍

H-8 PO🥳 Semangat nabungnyaa!😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tentukan pilihan kalian dari sekarang!🔥💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tentukan pilihan kalian dari sekarang!🔥💗

Follow Instagramku untuk info terupdate selanjutnya. @awaliarrahman

#ToBeContinued.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang