Terbongkar.

286K 14.9K 631
                                    

Sebelum lanjut jangan lupa;

Vote.

Komen.

Dan Follow.

Happy weekend!

Lopyuuu💕

Ok next!

Pukul tiga pagi Ayra mengerjabkan matanya perlahan dan menggeliatkan tubuhnya yang terasa berat, matanya membulat shock melihat sebuah tangan kekar berada diatas perutnya, lebih tepatnya memeluk dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul tiga pagi Ayra mengerjabkan matanya perlahan dan menggeliatkan tubuhnya yang terasa berat, matanya membulat shock melihat sebuah tangan kekar berada diatas perutnya, lebih tepatnya memeluk dirinya. Matanya menoleh ke samping untuk memastikan apakah dirinya masih berada di alam mimpi, dan faktanya lagi-lagi membuat matanya membuka sempurna lantaran melihat sosok yang kini berada disampingnya.

"G-gus Ray?" ucapnya lirih terbata.

Gus Rayyan yang merasakan ada pergerakan disampingnya kini mulai membuka matanya perlahan.

"Hm." balasnya dengan nada serak bangun tidur dan kembali mengeratkan pelukannya membuat si empu menahan nafas.

"Ini gue gak mimpi kan? atau gue udah meninggoy gara-gara demam kemarin?" ucap Ayra dalam hati.

"Udah bangun hm?" tanya Gus Rayyan mengelus surai panjang istrinya.

"Ini bukan mimpi?" beo Ayra yang diberi gelengan Gus Rayyan.

"WHATT?!! TERUS INI BENERAN? GUS NGAPAIN ADA DISINI?" teriak Ayra menjauhkan diri dari Gus Rayyan.

"Ini kamar saya." balasnya membuat Ayra menatap seluruh isi kamar. Benar, ini bukan asrama, tapi kenapa dirinya bisa ada disini? begitulah yang ada dipikiran Ayra saat ini.

"Te-terus kenapa saya bisa ada disini? kenapa bisa tidur bareng? nanti kalo saya hamil gimana? kita kan—"

"Satu-satu tanyanya sayang." ujar Gus Rayyan memotong ucapan Ayra.

Blush.

Ayra terdiam, pipinya merona, apa katanya tadi? sayang? otaknya masih mencerna apa maksud semua ini jika bukan mimpi?

Sedangkan Gus Rayyan terkekeh melihat istrinya yang blusing.

"Awwss." ujar Ayra memegangi kepalanya yang kembali berdenyut.

Dengan cepat Gus Rayyan merubah ekspresinya menjadi khawatir.

"Masih pusing?" Gus Rayyan kembali membawa Ayra dalam dekapannya.

"Sini saya pijat." titah Gus Rayyan kemudian memijat kepala Ayra.

"G-gus?"

"Udah mendingan?" tanya Gus Rayyan.

"Maksudnya apa gus?" bukannya menjawab kini Ayra kembali bertanya.

"Maksud yang mana? coba kamu tanya satu-satu nanti saya jawab."

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang