|SW 85| Anala & Lara

Comincia dall'inizio
                                    

Secara tiba-tiba bahkan Arsa melepaskan tangannya dari kursi roda. Ia berjalan mendekati Rio lalu memberikan pelukan yang begitu lama dengan mata yang berkaca-kaca. Sepertinya Arsa juga terharu dengan kebaikan dan kata-kata Rio yang menyambut kedatangannya. Ditengah banyaknya luka, Rio masih bisa bertanya apakah kondisi istri dan anaknya baik-baik saja. Begitu luar biasa sekali kebaikannya.

"Jangan sok romantis, deh. Jangan lebay juga pakai berkaca-kaca segala," ucap Rio pada Arsa yang sudah melepaskan pelukannya.

"Makasih Yo. Lo beneran sahabat terbaik gue. Maaf gue ninggalin Lo. Waktu itu gue panik banget lihat dan denger Anindya kesakitan. Gue bukannya ---"

"Udah, lah. Kalau gue punya istri juga pasti kaya gitu. Kalau saat itu Kanaya kaya gitu juga gue bakal selamatkan Kanaya duluan dibandingkan sahabat gue sendiri. Karena gue paham Lo gak mau kehilangan orang berharga dalam hidup Lo. Jadi santai aja, Sa. Itu pilihan gue. Gue selamat atau enggak pada saat itu, yang penting gue berhasil selamatkan nyawa dua orang. Istri dan anak Lo. Santai aja. Lo banyak bantu gue, banyak bantu adik dan orang tua gue di sana. Setiap yang menanamkan kebaikan pasti kebaikan itu juga yang menyelamatkan," jelas Rio berhasil membuat Arsa kembali memeluknya. Bahkan Kanaya dan Anindya yang mendengarnya ikut meneteskan air mata.

"Gue ikutan pelukan. Makasih bro udah nolong adik gue. Kalau gak ada Lo, mungkin adek gue sama ponakan gue bakal kenapa-kenapa," ujar Farel yang tiba-tiba ikut berpelukan membuat Rio tersenyum dan menerimanya.

"Anjir udah. Sakit tangan gue," lirih Rio yang tiba-tiba merasa kesakitan karena Arsa memeluk dirinya begitu kencang.

"Udah sa lepasin. Kasihan temen Lo," ucap Farel yang berusaha melepaskan pelukan Arsa yang begitu kuat menempel di tubuh Rio.

"Mau pelukan juga sama kak Rio," ucap Anindya secara spontan dengan air matanya, membuat Arsa terbangun dan menggelengkan kepalanya.

"Kenapa pingin peluk Rio?" tanya Arsa pada istrinya.

"Abang bantu," pinta Anindya membuat Galang membantu adiknya untuk berjalan mendekati Rio.

Anindya pun berjalan dengan titahan Farel. Ia menggeser Arsa dan memberikan pelukan yang tentu saja disambut oleh Rio yang memberikan tepukan di punggungnya. Tepukan itu berhasil membuat Anindya semakin memeluk Rio. Ia menganggap Rio sebagai penyelamat hidup dirinya dan anaknya.

"Makasih udah berjuang, Nin," ucap Rio membuat Anindya menganggukkan kepalanya dan melepaskan pelukannya. Bahkan Rio juga sempat menghapus air mata Anindya membuat Arsa dan Kanaya yang melihatnya uring-uringan.

"Jangan cemburu, ya. Anindya ini udah seperti adik bagi gue, Nay. Masa iya Lo cemburu sama sahabat Lo sendiri," ucap Rio seraya menatap ke arah Kanaya yang masih memegang semangkuk bubur di tangannya.

"Dih, apa-apaan. Siapa juga yang cemburu? Emang Lo -----"

"Lah, pasti Lo mau bilang emang Lo siapa gue? Lo lupa apa kemarin nangis-nangis katanya -----"

Rio gagal melanjutkan kata-katanya. Tangan Kanaya terlihat jelas menutup mulut Rio rapat-rapat membuat Anindya dan Arsa yang melihat hal tersebut merasa curiga. Padahal sebelumnya mereka berdua selalu bertengkar setiap kali bertemu, tanpa mau berdekatan seperti ini. Tapi kenapa semuanya berubah? Situasi itu seolah tidak berlaku lagi bagi mereka berdua.

"Jangan bilang Lo suapin kak Rio?" tanya Anindya saat matanya tertuju pada semangkuk bubur yang berada di tangan Kanaya.

Kanaya yang mendengar hal tersebut pun bingung harus berkata-kata apa. Ia hanya bisa terdiam membuat Anindya tersenyum.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora