|SW 84| Penyelamat

Start from the beginning
                                    

Anita pun menganggukkan kepalanya lalu pergi untuk membelikan sarapan pada menantunya.

Arsa kembali sadarkan diri. Posisi tubuhnya bahkan tetap sama menggenggam erat tangan istrinya seraya berdoa agar Anindya membuka matanya. Mata Arsa kemudian terarah pada perut Anindya yang masih sama. Ia pikir pendarahan itu akan menyebabkan ia kehilangan anaknya, namun atas izin Allah semuanya baik-baik saja. Bahkan kondisi Anindya sudah stabil, tinggal menunggu sadar saja.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kamu gak kangen sama aku? Kok tidur terus, sih," lirih Arsa menatap sendu istrinya, seraya mengusap lembut pipinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kamu gak kangen sama aku? Kok tidur terus, sih," lirih Arsa menatap sendu istrinya, seraya mengusap lembut pipinya.

Arsa tersenyum saat tak ada respon apa pun dari Anindya yang memejamkan matanya.

"Kalau kamu capek, kamu boleh tidur lagi. Tapi jangan lama-lama. Jangan buat aku khawatir sayang. Aku gak mau kehilangan kamu," tutur Arsa mencium kening istrinya, lalu menaruh kepalanya di atas tangan Anindya seraya memejamkan mata.

Ya, dua hari sudah Anindya tak membuka matanya. Dua hari pula Arsa terus menerus berdoa agar kondisi istrinya baik-baik saja. Pikirannya bahkan sudah macam-macam takut kehilangan istrinya dan takut istrinya kenapa-kenapa. Tapi untuk sekarang rasa khawatirnya sudah memudar karena dokter mengatakan kondisi istrinya sudah stabil dan tidak perlu khawatir lagi.

Beberapa menit Arsa memejamkan matanya, Anindya pun membuka matanya secara perlahan-lahan. Ia bahkan mengerjapkan matanya berkali-kali saat lampu terang membuat dirinya silau saat ini. Saat matanya menemukan bahwa ia sedang berada di rumah sakit, Anindya pun segera melihat kondisi perutnya. Ia mengusap perutnya dengan mata yang berkaca-kaca, merasa bersyukur anaknya dalam kondisi yang baik-baik saja. Lalu mata indah menolehkan kepalanya. Ia melihat suaminya sedang memejamkan mata seraya menggenggam tangannya, pantas saja tangannya berat saat ini.

"Mas," panggil Anindya dengan suara yang begitu pelan.

Tak ada jawaban. Arsa tetap memejamkan matanya dengan tangan yang menggenggam erat tangannya. Bahkan ia yang ingin membangunkan dengan elusan kepala pun merasa tak bisa karena genggaman Arsa begitu kuat saat ini.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Where stories live. Discover now