|SW 83| Dendam

Start bij het begin
                                    

"Aku anterin," ucap Arsa pada Anindya yang bersiap-siap untuk keluar dari mobil.

"No. Aku mau sendirian aja. Aku gak mau ada orang lain yang tahu. Aku juga gak mau merusak karir kamu," balas Anindya pada Arsa.

"Kalau gitu biarin kak Rio aja yang nemenin kamu. Biar aku tenang di sini," ucap Arsa pada Anindya.

Anindya pun tampak berpikir di tempatnya. Apakah ia harus bersama kak Rio hanya untuk membeli telur gulung saja?

"Oke. Boleh deh," balas Anindya setelah berpikir beberapa saat.

"Ya, udah ayo kak."

Anindya pun turun dari mobil bersama Rio yang bahkan menggandeng tangan Anindya untuk menyebrangi jalan raya. Bukan bermaksud untuk bertindak kurang ajar, hanya saja kondisi kehamilan Anindya yang sudah membesar membuat Anindya kesulitan untuk berjalan. Mereka berdua pun akhirnya berhasil menyebrangi jalan. Gerobak penjual yang pertama kali mereka beli adalah penjual telur gulung.

"Mau pesen berapa neng?" tanya penjual telur gulung tersebut pada Anindya.

"Kakak mau telur gulung juga gak?" tanya Anindya seraya menolehkan kepalanya pada Rio yang ada disampingnya.

"Boleh, deh. Penasaran juga gue," balas Rio yang kemudian diangguki oleh Anindya.

"Mau pesen 30 ribu bang. Dua puluh ribunya pakai bumbu yang pedes, sisanya gak pakai," ucap Anindya memesan telur gulung.

"Jangan bang. Beli 10 ribu aja yang pedes. Sisanya tawar dan tanpa bumbu," timpal Rio membuat Anindya menolehkan kepalanya secara spontan. Bahkan ekspresi nya pun terlihat sebal.

"Gak usah cari gara-gara. Lo mah enak-enak aja. Pikirin anak Lo gimana. Nanti kalau Lo sakit perut pasti anak Lo sakit perut juga. Jadi jangan aneh-aneh, Nin," jelas Rio seolah-olah Anindya adalah adiknya.

"Ini bukan pertama kalinya kakak larang gue, ya. Berulangkali kalau jajan sama kakak pasti ada aja yang gak dibolehin. Kakak, tuh, sama aja kaya Abang. Jadi sebel," balas Anindya tampak merajuk ditempatnya.

Rio pun hanya tertawa saja ditempatnya. Entah kenapa ia ingin sekali menjaga istri dari sahabatnya. Bukan karena ada maksud lain, tapi ia melihat sendiri bagaimana Anindya bekerja keras untuk melindungi pernikahannya, sementara sahabatnya enggan memiliki niat yang sama. Namun itu hanyalah masa lalu. Untuk sekarang ia cukup senang melihat sahabatnya membalas rasa dan perjuangan yang telah dilakukan oleh Anindya. Bahkan ia merasa senang juga karena sebentar lagi Anindya dan sahabatnya akan menjadi orang tua. Semoga saja setelah ini hubungan mereka aman dan damai tanpa permasalahan atau pun halangan. Kira-kira itulah harapannya untuk mereka berdua.

"Lo mau cireng?" tanya Rio pada Anindya.

"Kenapa? Kakak mau beliin?" tanya Anindya balik.

"Kalau Lo mau gue beliin, tapi kalau -----"

"Mau dong. Masa gak mau," sahut Anindya cepat membuat Rio batal melanjutkan kata-katanya.

"Oke, Lo tunggu di sini aja," balas Rio yang kemudian berjalan ke deretan penjual yang berbeda untuk membeli cireng.

Anindya tampak menganggukkan kepalanya. Ia terlihat mengambil telur gulung nya yang sudah jadi, menikmati telur gulung tersebut dengan posisi berdiri. Anindya tampak menggoyang-goyangkan kepalanya kala rasa telur gulung itu begitu nikmat untuk disantap. Bahkan Arsa yang melihat tingkah istrinya dari mobil pun hanya bisa tertawa. Ya, begitulah Anindya saat keenakan menyantap makanan yang dia sukai.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu