Kelas Keduapuluh ; TERKURUNG!

0 0 0
                                    

Near mulai sadarkan diri. Dia masih merasakan sakit ketika dihantamkan benda tumpul di kepalanya. Dia memperhatikan Ron dan Syam yang masih tak sadarkan diri. Near menggoyang-goyangkan tubuh mereka. Keduanya pun mulai sadarkan diri.

“Dimana kita?” tanya Ron melihat jeruji besi dihadapannya.

“Aku tidak tahu. Sepertinya bukan tempat yang bersahabat,” celetuk Syam.

“Yang kutahu sekarang, kita semua belum mati,” sambung Near sambil memegang kepalanya yang masih terasa sakit.

“Kalian sudah bangun?” terdengar sapaan dari arah belakang mereka. Mereka terkejut dan spontan berbalik.

“Denny??!”

Orang yang menyapa mereka adalah Denny. Denny tersenyum melihat ekspresi kaget mereka. Dia duduk santai sambil meneguk minuman dalam botol yang cukup besar.

“Maaf. Tidak ada gelas lebih. Kalian tidak mengatakan kalau ingin berkunjung. Jadinya, aku tidak mempersiapkan apa pun,” ucap Denny lagi.

Mendengar hal itu, Near, Ron dan Syam saling berpandangan. Mereka seolah tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Mereka berhambur kearah Denny.

“Denny? Apa yang kamu lakukan disini?”

"Kau tahu, kami seharian ini mencarimu?"

"Aku pikir kamu juga menghilang," berondong mereka bertiga bergantian.

“Apa yang kalian lakukan sampai dikirim juga ke asrama perenungan?” bukannya menjawab, Denny malah mengajukan pertanyaan balik.

“Asrama perenungan?!”

Denny mengangguk. “Ruangan mewah ini, adalah ruangan khusus untuk mereka yang punya tindakan istimewa. Selamat datang. Anggap rumah sendiri. Tapi, setiap orang yang datang ke ruangan ini, pasti mengetahui hal yang tidak boleh diketahui dari Kepala sekolah maupun Tuan Nelson. Jadi. . . rahasia apa yang sudah kalian ketahui?” ungkap Denny.

Ketiganya diam dan saling pandang.

“Aku tidak mengerti maksudmu, Den,” jawab Syam. “Awalnya, kami bertiga masuk ke 'bangunan yang dilarang untuk dikunjungi’. Ada ruangan dalam ruangan. Ketika kami sampai diruang bawah tanah, kami menemukan ruang kerja seseorang. Aku dan Ron mengamati kumpulan benda antik. Dan tiba-tiba, Ron ambruk. Saat aku ingin menolongnya, aku juga ambruk. Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi. Dan setelah sadar, sudah disini,” urainya.

“Ya. Aku juga tidak tahu apa yang menyerangku,” sahut Ron.

“Aku pun tidak tahu siapa yang memukul kepalaku,” tambah Near.

“Itu semua ulah Kepala sekolah dan Tuan Nelson,” jawab Denny datar. Ron dan Syam seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. “Tuan Nelson yang menggotong kalian kesini,” lanjutnya. Kemudian meneguk kembali minumannya. Dia terlihat tenang dan damai. Seperti sedang dalam jamuan minum teh.

 “Aku tidak tahu kalau ruangan itu begitu berharga. Padahal, kami hanya memegang barang antiknya saja. Kami tidak melakukan tindak kriminal apa pun,” lirih Syam.

“Ka-kalian melihat isi dalam ‘bangunan yang dilarang untuk dikunjungi’?” potong Denny penasaran. Dia baru sadar, kalau yang dibicarakan teman-temannya, adalah salah satu ruangan yang ingin dikunjunginya. Ron dan Syam mengangguk. “Apa yang ada di dalamnya? Apa ada sesuatu yang istimewa? Sandi rahasia? Fosil? Peti mati?” berondong Denny dengan pertanyaan-pertanyaan aneh.

“Biasa saja,” jawab Ron sambil mengingat-ingat. “Kosong melompong. Tapi, ada ruang bawah tanah disana.”

“Ruangan itu sepertinya milik Kepala sekolah atau Tuan Nelson,” tebak Syam. “Tapi, kenapa mereka membuat ruang kerja di ruang bawah tanah? Apa mereka menyukai hal-hal yang berbau misteri?”

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 08 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The WitnessWhere stories live. Discover now