Kelas Kesembilan : Ruang Khusus Kepala Sekolah

0 0 0
                                    

Pukul 12.35. Waktu istirahat makan siang.

Semua murid berkumpul di kantin sekolah. Tanpa terkecuali Near, Denny, Syam dan Ron. Mereka duduk dalam satu meja panjang. Kemudian datang Hasan, Eysa dan Odei yang bergabung dalam meja mereka.

“Tumben wajah kalian kusut?” sapa Denny.
“Apa kalian sudah sadar kalau keajaiban itu hanya ada dalam negeri dongeng?” sahut Syam.

“Apa sih yang kalian bicarakan?” protes Odei dengan wajah cemberut. “Kami sejak awal tidak percaya dengan keajaiban. Tapi, kami masih percaya dengan keberuntungan,” kilahnya.

“Sebenarnya apa yang terjadi? Aku dengar kalian mempunyai rencana rahasia agar cepat ditransfer?” sahut Ron.

“Iya! Dan rencana rahasia itu gagal gara-gara Aprie!” ketus Hasan.

“Aprie?” Semua saling berpandangan.

“Benar juga. Aku sejak tadi tidak melihat Aprie,” kata Near menoleh sekeliling. “Memangnya apa yang dilakukan Aprie pada kalian?”

“Dia mengambil laporan karya ilmiah yang susah payah kami dapatkan!” jawab Eysa.

“Karya ilmiah?” Semua saling berpandangan.

“Kami berencana ingin ditransfer dengan membuat laporan karya ilmiah. Seperti yang dilakukan murid sebelumnya.” Tapi, saat kami mengerjakan laporan itu, Aprie datang dan mengganggu dengan berbagai pertanyaan aneh,” Eysa mulai menjelaskan. “Bukannya berterima kasih, malah laporannya dibawa kabur.”
“Aku tidak tahu apa yang dilakukannya dengan laporan itu?” Hasan menimpali. “Padahal, dia sudah ditransfer. Apa pentingnya dia dengan laporan itu? Dan anehnya, dia malah meninggalkan berkas yang harus diisinya untuk data transfer,” keluhnya sambil mengunyah menu makan siangnya. Begitu pun yang lainnya.

“Lho, itu kan Regen dan Zain,” kata Ron tiba-tiba. Semua menoleh kearah yang ditunjuk oleh Ron. Nampak Regen dan Zain yang sedang membawa nampan makan siang. Ron melambaikan tangan. Keduanya pun menuju ke meja Ron dan lainnya.

“Mana Aprie? Kalian tidak bersama dengannya?” tanya Ron ketika Regen dan Zain telah bergabung dengan mereka.

“Sejak pagi kami tidak bersamanya,” jawab Zain.

“Katanya, dia mau mengisi berkas ditempat yang tenang. Mungkin sebentar lagi dia muncul,” sahut Regen.

“Ditempat yang tenang?” ulang Hasan, “tempatnya memang tenang. Tapi karena keberadaannya, tempatnya jadi tidak tenang,” cetusnya. Regen dan Zain saling berpandangan.

 “Memangnya kenapa?” tanya Regen tidak mengerti.

“Tidak ada apa-apa,” jawab Denny langsung. “Hanya saja, ini pertama kalinya Trio Moron dikelabui,” cengirnya.

Disamping itu, orang yang sedang dibicarakan-Aprie-sedang sibuk mengutak-atik data yang ada dikomputer. Dia berada dalam lab komputer yang hanya berisi  beberapa murid saja. Wajahnya terlihat serius. Matanya terus menatap layar komputer. Tepat disampingnya tergeletak sebuah laporan karya ilmiah yang baru saja diambilnya dari Trio Moron.

“Ada apa dengan kalian? Kenapa kalian bisa ada disini juga,” lirih Aprie sambil tetap fokus pada komputer yang ada dihadapannya. Dari layar monitor, terlihat data seluruh murid sekolah Hevn.

Beberapa jam kemudian.

Near berjalan dikoridor kelas. Dia baru saja keluar dari perpustakaan. Tidak ada murid yang berjalan dikoridor selain dia. Karena memang bukan jam istirahat. Tiba-tiba, dari arah yang berlawanan, Aprie muncul dengan terburu-buru dan membawa banyak berkas ditangannya.

“Aprie? Dari mana saja kamu? Banyak yang mencarimu?” sapanya.

“Ah. Near, apa kau melihat Regen atau Zain?”

The WitnessWhere stories live. Discover now