Kelas Keempat Belas ; Korban Lagi!

0 0 0
                                    

Di ruang kesehatan.

Terlihat Zain yang gugup sambil mondar-mandir di depan kamar rawat Aprie. Melihat hal itu, Near, Odei dan Eysa berlari mendekat kearah Zain.

“Ada apa, Zain?” tanya Eysa ketika mendekat kearah Zain.

“Aprie. Tubuh Aprie bergerak. Ketika aku menjaganya, tiba-tiba tubuhnya bergerak sendiri. Aku tidak tahu apa yang terjadi.”

“ Kondisinya sekarang bagaimana?” tanya Odei.

“Aku tidak tahu. Sekarang, Hasan dan tim medis lainnya sedang memeriksa kondisi Aprie. Semoga saja dia tidak apa-apa.”

“Ya.”

Semua anak menunggu di depan pintu dengan cemas. Berharap bahwa kondisi Aprie dapat kembali pulih.

“Emm, Regen mana?” tanya Near sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok Regen. Belum sempat pertanyaan Near dijawab, Hasan keluar dari dalam kamar rawat Aprie.

“Hasan? Bagaimana kondisi Aprie?”

“Apa dia baik-baik saja?”

“Apa dia sudah siuman?”

Hasan diserbu dengan berbagai pertanyaan. Hasan terlihat agak lelah.

“Tenanglah. Keadaan Aprie baik-baik saja,” jawabnya.

“Apa arti dari geraknya yang tiba-tiba?” tanya Zain. Ekspresi cemas masih tergambar jelas di wajahnya.

“Itu adalah sinyal kalau dia sebentar lagi akan siuman.”

“Benarkah?!”

Hasan mengangguk. “Untuk sementara, biarkan Aprie sendiri dulu.”

Mereka semua mulai menjauh dari kamar rawat Aprie.

“Semoga kondisi Aprie baik-baik saja,” harap Zain.

“Ya. Aku harap demikian,” timpal Eysa.

“AKH!!” tiba-tiba Odei berteriak dan membuat semua orang terkejut.

“Ada apa denganmu? Kau butuh obat bius untuk kutenangkan?” geram Hasan.

Odei langsung berbalik kearah Zain dengan tatapan aneh. Zain hanya mengerutkan keningnya.

“A, mana Regen? Apa kamu melihatnya? Hari ini hari terakhir mengembalikan buku. Jika telat, aku bisa kena sanksi,” lirih Odei.

“Hah…kupikir kenapa.”

“Apa Regen sudah menemukannya?” tanya Odei lagi.

“Emm, tadi pagi aku melihat dia membongkar perkakas milik Aprie. Aku tidak tahu sudah ketemu atau belum. Mungkin sudah,” jawab Zain.

“Mungkin?” ulang Odei dengan alis berkerut. Wajahnya gusar, “kau tau itu sangat penting buatku? Bisa-bisa rencana transferku gagal karena masalah ini. Dan kamu bilang ‘mungkin’?”

“Tenang. Regen sudah menemukannya,” potong Hasan menenangkan.

“Kau yakin?”

Hasan mengangguk. “Tadi pagi dia menemuiku sambil membawa laporan itu. Kupikir dia langsung menyerahkannya padamu. Mungkin dia masih sibuk jadi lupa,” katanya.

“Syukurlah..” Odei menghela napas. Terdengar suara bel dari bangunan Akademik.

“Sebaiknya kalian kembali ke kelas. Biar aku dan Hasan yang menjaga Aprie,” kata Zain.

“Ya.”

Near, Odei dan Eysa meninggalkan ruang kesehatan. Namun, Odei kembali berteriak.

“AKH!” Odei berbalik ke Hasan dan Zain.

The WitnessWhere stories live. Discover now