Kelas Keenam; Alasan di Hevn

0 0 0
                                    

Senin pagi. Aktivitas kembali seperti semula. Near dan Syam bersiap-siap. Tidak ada lagi waktu untuk bersantai di hari aktif sekolah Hevn. Tapi, tidak untuk Near. Dia terlihat aneh. Saat Syam sudah siap untuk berangkat, Near masih memasang kancing seragamnya perlahan sambil memikirkan sesuatu, entah apa.

           “Hey, mau sampai kapan kamu memasang kancing baju itu?” tanya Syam sambil menepuk pundak Near dengan tas jinjing sekolahnya. Setiap murid sekolah Hevn memiliki tas dengan warna dan model yang sama. Namun, ada tanda pengenal yang membedakannya.

           “Ah, ya.” Near memasang kancingnya dengan cepat dan bergegas mengikuti Syam yang sudah keluar dari kamar. Mereka berdua menyusuri koridor kamar. Diikuti Denny dan Ron yang juga bergabung dengan mereka.

           “Huahhh..” Ron menguap selebar-lebarnya. “Akhirnya, hari ini datang juga,” katanya.

“Memangnya ini hari apa? Aku merasa tidak ada yang istimewa,” sahut Near. “Selama berada disini, hari yang paling istimewa bagiku adalah hari minggu. Tidak ada yang lain.” 

           “Kamu melupakan satu hal,” Denny menyeringai. Alis Near berkerut. “Yaitu, hari aktif yang diliburkan. Seperti sekarang ini,” soraknya. “Walaupun hari ini hanya pengumuman murid yang akan di transfer, tapi statusnya sama dengan hari pelantikan. Jadi, setelah selesai pengumuman, kita akan bebas! Hahaha,” tawanya seperti bos mafia yang dibebaskan dari penjara.

           “Dan untuk hari aktif yang diliburkan rasanya jauh lebih nikmat dari hari libur. Karena, kita tidak perlu mengikuti kegiatan yang diagendakan. Hahaha,” timpal Ron. Ekspresi mereka berdua sama. Bahagia.

           “Sejak kapan kamu bisa merasakan hari, Ron? Bukankah selama ini kamu hanya tidur untuk menikmati hari libur,” sindir Syam. “Dua orang yang saling melengkapi. Kalian memang pantas satu kamar. Lebih baik kamu tidak usah ikut-ikutan Near, jika kamu ingin segera di transfer.”

           “Hahaha. Kalian benar! Kenapa aku tidak menyadarinya? Hanya orang bodoh yang tidak menyadari hal itu. Hahaha,” kata Near ikut-ikutan tanpa mempedulikan perkataan Syam.

           Wajah Syam tampak kesal, “kalian itulah yang bodoh. Tidak dapat ilmu kok bahagia. Orang seperti ini ingin di transfer cepat, apa kata dunia?” gerundel Syam.

           “Dunia tidak mengatakan apa pun. Kalau pun dunia mengatakan sesuatu, kamu pasti tidak akan mengerti. Karena perkataannya tidak ada dalam buku-bukumu,” ejek Denny. Ron dan Near tertawa. Syam benar-benar di pojokkan.

           “Kuharap aku segera di transfer. Agar otak ku kembali waras.”

           “Tenanglah, Syam. Bukan hanya kamu seorang kok yang tidak waras,” ledek Ron sambil tertawa. Diikuti Denny dan Near.

           “Termasuk kamu salah satunya,” cetus Syam sambil mendorong Ron. Ron menghindar, namun tubuhnya menabrak pintu kamar dibelakangnya yang ternyata tidak terkunci. Pintu langsung terbuka. Tubuh Ron masuk ke dalam kamar. Dia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya, dan seperti mau jatuh. Namun, Near dengan cepat memegang tangan Ron, membuat Ron dapat berdiri dengan tegap.

           “Huh. Hampir saja.” Ron berbalik kearah kamar. “Hah?” Nada suaranya terdengar kaget.

           “Ada apa?” tanya Near bingung dan ikut masuk ke dalam kamar tersebut. Dia tidak melihat ada yang aneh. Hanya kamar biasa yang sama seperti lainnya dengan dua tempat tidur.

           “Ini kamar Ryan dan Harry,” jawab Denny datar.

           “Kudengar, akan ada murid baru yang datang. Sepertinya, kamar ini disiapkan untuk mereka,” sahut Syam.

The WitnessWhere stories live. Discover now