Kelas Ketujuh; Strawberry

0 0 0
                                    

Near, Syam, Denny dan Ron masuk ke dalam ruang aula yang hampir dipenuhi oleh murid dan para pengajar. Ruang aula sekolah Hevn di desain seperti lapangan olahraga dan kursi penontonnya. Para murid yang bukan murid transfer duduk di kursi yang berbentuk seperti kursi penonton dan berada disebelah kiri dan kanan panggung utama. Di depan panggung utama terdapat kursi yang di susun berbaris menghadap panggung utama. Kursi tersebut tidak terlalu banyak. Karena khusus untuk para murid transfer. Dibagian kiri dan kanan kursi untuk murid transfer terdapat kursi-kursi untuk para pengajar.

           Pukul 08.00 tepat, semua murid Hevn masuk ke dalam aula. Aula yang besar itu hanya dipenuhi murid dan para pengajar. Jadinya, tidak terlalu penuh. Wali murid hanya di undang pada acara-acara tertentu. Atau, jika kepala sekolah ingin mengundang, maka mereka akan diundang.

           Acara pengumuman nama murid-murid yang akan ditransfer dimulai. Walaupun berada dikelas transfer, tetap harus menunggu untuk dipindahkan ke Sekolah Menengah Atas atau Perguruan Tinggi. Lama waktu menunggu sekitar lima pekan. Biasanya karena mengurus pemberkasan menuju sekolah atau Perguruan Tinggi yang akan dituju. Siapa yang lebih dulu menyelesaikan pemberkasan dan mendapat surat penerimaan dari sekolah atau Perguruan Tinggi yang dituju, dialah yang langsung ditransfer. Atau dengan kata lain, yang akan segera keluar dari Sekolah Transisi Hevn.

Seorang pengajar membacakan nama-nama murid yang akan ditransfer. Di layar proyektor ditampilkan satu persatu foto dan data diri murid yang akan ditransfer beserta sekolah atau perguruan tinggi yang mereka tuju. Near, Syam, Denny dan Ron kurang memperhatikannya. mereka lebih asyik dengan cerita mereka sendiri. Ditambah, di bagian depan mereka adalah Trio Moron.

           “Setelah pengumuman ini, dua minggu lagi mereka akan di transfer. Senangnya,” komentar Ron. “Sedangkan kita, jangankan di transfer, masuk kelas transfer saja belum,” lirihnya.

           “Hey, sleeping beauty! Jangan pesimis begitu. Aku yakin keajaiban itu benar-benar ada jika kita mau mempercayainya,” sahut Hasan menoleh kearah mereka.

           “Yang seharusnya di panggil sleeping beauty itu kamu, bukan aku. Siang bolong begini masih bermimpi. Tak heran kamu masih di sini dari periode awal sampai sekarang,” balas Ron.

           “Bukannya kita hanya beda beberapa bulan saja?” timpal Hasan. “Walaupun hanya mimpi, setidaknya aku punya keyakinan kuat. Tidak sepertimu yang hanya menghabiskan waktu untuk tidur. Ingat loh, orang sukses itu jauh dari tempat tidur,” tambahnya tak mau kalah.

           Ron ingin membalas perkataan Hasan, namun mulutnya di tutup oleh Near yang berada disamping kanannya.

           “Jika kalian ingin beradu argumen, lakukan setelah acara ini selesai. Jika kalian masih bersikeras melanjutkannya, maka sudah di pastikan kalian akan menjadi murid abadi di sekolah ini,” kata Syam memperingatkan keduanya. Dan membalikkan badan Hasan menghadap kedepan.

           “Emm...kira-kira, apa yang akan kalian lakukan setelah keluar dari sekolah ini? Maksudku, apa kalian punya cita-cita? Impian atau tujuan?” tanya Near tiba-tiba. Semuanya memperhatikan wajah Near dengan aneh. “Ada apa? Aku hanya bertanya kok,” responnya melihat mimik wajah teman-temannya.

           Mendengar itu, Denny kembali mendokumentasikan pengumuman murid transfer.

           “Aku ingin menjadi kameraman hebat, dan film-film yang kubuat memperoleh banyak penghargaan,” katanya.

           “Kalau aku, ingin menjadi penulis kisah misteri yang mampu mengalahkan kehebatan kisah Sherlock Holmes,” timpal Syam.

           “Itulah mengapa kamu mendekam disini selama dua tahun. Karena otakmu hanya dipenuhi kisah-kisah misteri,” gubris Denny.

The WitnessWhere stories live. Discover now