Kelas Kedelapan Belas; Denny Menghilang!

0 0 0
                                    

              Pukul 08.30   

              Setelah selesai sarapan, semua murid Hevn dikumpulkan di halaman sekolah. Bersama dengan para pengajar. Sepertinya ada pengumuman penting yang akan disampaikan oleh Kepala sekolah.

            “Hey, Ron! Mana Denny?” sapa Syam melihat Ron yang datang sendirian.

           “Aku tidak tahu. Sejak pagi aku tidak melihatnya. Mungkin ada yang diurusnya,” jawab Ron sambil merapikan diri dalam barisan.

           “Sejak pagi?” ulang Syam. “Aku baru tahu kalau dia bisa bangun pagi.”

           “Perhatian semuanya!”

           Suara Tuan Nelson mengalihkan perhatian mereka. Semua murid sekolah Hevn langsung berbaris rapi dan tidak ada satu pun yang berbicara.

           “Baiklah. Hari ini, sengaja kami mengumpulkan para murid dan pengajar, untuk memberitahukan pengumuman penting,” kata Kepala sekolah mulai membuka apel pagi itu. “Dengan berat hati, kami akan menyampaikan tentang keadaan Regen Moore dan Zain Marsan.” Semuanya hening. “Kami sudah berusaha semampu kami untuk menolong mereka berdua. Tapi, takdir berkata lain. Tepat pukul dua dini hari, mereka berdua telah meninggalkan kita semua,”

           “Untuk mengenang jasa mereka berdua, kita akan membacakan doa bersama. Berdoa dimulai,” pimpin Kepala sekolah. Semua murid Hevn dan para pengajar menundukkan kepala.

           “Selesai,” kata Kepala sekolah setelah beberapa menit. “Selanjutnya, besok pukul sepuluh pagi akan diadakan upacara pemakaman untuk mereka berdua. Untuk itu, kelas hari ini dikosongkan dan diisi dengan kerja bakti semua siswa. Tanpa terkecuali. Demikian pengumuman kali ini. Terima kasih,” tutup Kepala sekolah mengakhiri pidatonya.

           Kemudian, Tuan Nelson naik ke mimbar.

           “Untuk semua murid, baik kelas transfer, kelas persiapan maupun kelas awal, akan dibagi dalam lima kelompok. Tugas dan nama anggota tiap kelompok sudah dipasang di papan pengumuman. Setelah mengetahui tugas kalian, langsung bergerak. Mengerti?!” jelas Tuan Nelson.

           “Mengerti!!!” jawab semua murid serempak.

          “Baik. Bubar!” perintah Tuan Nelson mengakhiri apel kali itu.

           Ron agak bingung. Sampai apel berakhir, dia tidak menemukan sosok Denny. Baginya ini aneh. Karena Denny pasti akan mendokumentasikan pengumuman penting seperti ini. Namun, dia tetap menuju papan pengumuman. Melihat tugas yang harus dikerjakannya.

           Sedang Denny . . .

           Denny terus berlari kencang di sebuah koridor yang gelap dan basah. Setiap berlari, langkahnya menimbulkan percikan air. Dia tidak tahu sedang berada dimana. Yang dia tahu, ada orang yang mengejarnya, yang jika tertangkap akan berakibat fatal. Denny berlari. Orang yang mengejarnya mulai mendekat. Denny berusaha mempercepat langkahnya. Namun, dia terjatuh. Kakinya tersangkut tanaman merambat yang entah dari mana datangnya. Dia berusaha melepaskan tanaman tersebut dari kakinya. Tapi, makin kuat usaha Denny melepaskannya, makin menempel erat tanaman itu di kakinya. Denny mulai putus asa. Seseorang yang mengejarnya pun makin dekat.

           Denny tidak memedulikan tanaman merambat yang melilit kakinya. Dia berusaha bangkit. Tapi, air yang menggenangi koridor tersebut membuat dia susah untuk bangkit. Denny mulai cemas. Dia berlari sambil merangkak. Dan terjatuh. Dia bangkit dan berusaha berlari lagi.

            Ternyata, seseorang yang mengejarnya tersebut berhasil menarik tanaman merambat yang melilit kaki Denny. Denny berontak. Tapi, seseorang tersebut tetap menariknya. Menarik Denny agar mendekat kearahnya.  

The Witnessजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें