Kelas Kesembilan Belas; Asrama Perenungan

0 0 0
                                    

           Ron dan Near berlari mengejar Petugas Kebersihan.

           “Permisi, Pak. Ada yang ingin kami tanyakan,” kata Ron cepat. Petugas Kebersihan itu menghentikan aktivitasnya membersihkan koridor ruang kesehatan.

           "Apa Bapak ingat dimana membersihkan manisan wortel?” tanya Near langsung.

           “Mereka berdua kenapa sih?” gerutu Syam melihat Near dan Ron yang sibuk mewawancarai petugas kebersihan. Ketika Syam mendekat kearah keduanya, mereka malah pergi.

           “Hey! Kalian mau kemana lagi?!” teriak Syam. Sayangnya, tidak ada jawaban. Walaupun kesal, Syam tetap menyusul Near dan Ron tanpa tahu kemana tujuannya.

           “Sepertinya tidak ada apa-apa disini,” komentar Ron ketika telah sampai di koridor yang menurut petugas kebersihan penuh dengan manisan wortel. Namun, koridor tersebut telah bersih.

           Near dan Ron terus memperhatikan lantai dan setiap sudut koridor.

           “Kalian sedang apa?” tanya Syam. Dia masih tidak mengerti apa yang sebenarnya dilakukan kedua temannya.

           “Mencari petunjuk dari Denny,” jawab Ron.

           “Petunjuk?” ulang Syam. “Bukankah Denny sedang ikut perlombaan. Kalian mencari petunjuk apa?”

           “Aku tidak yakin kalau Denny ikut perlombaan tersebut,” sanggah Near.

           “Hah? Bukankah buktinya sudah jelas. Apa kalian lupa kertas yang ditunjukkan Tuan Nelson? Disana ada nama Denny beserta asal sekolahnya. Di sekolah ini yang bernama Denny Shilden hanya satu orang!”

            “Itu memang benar. Aku yakin Denny mendaftar dalam lomba tersebut. Tapi, aku tidak yakin kalau Denny menghilang karena dia pergi ke tempat perlombaan,” balas Near.

           “Tidak yakin? Kenapa?”

           “Karena aku juga ikut. Tapi batal, karena banyaknya syarat. Salah satunya, cukup mengirim hasil karya melalui pos. Setelah diumumkan juaranya, barulah mereka diundang untuk hadir. Jadi, tidak mungkin Denny meluangkan waktu kesana, padahal belum ditentukan siapa pemenangnya,” jelas Near.

           “Mungkin dia lagi mencari ide,” tebak Syam.

           “Tidak mungkin. Seingatku, Denny sudah punya ide untuk perlombaan itu. Katanya, sekolah Hevn adalah background yang bagus untuk mendokumentasikan sebuah film,” sambung Ron.

           “Hah…terserah kalianlah. Aku tidak peduli,” gerundel Syam. Dia melangkah menuju ujung koridor. Menjauh dari Near dan Ron. Ia duduk di dekat semak dan tanaman hias yang merupakan tempat Denny bersembunyi dari kejaran Tuan Nelson.

           “Carilah petunjuk sepuasnya,” gumamnya sambil memakan makanan ringan yang diberikan oleh Near. “Enak juga.”

           “Bagaimana menurutmu, Near? Apa Denny benar-benar meninggalkan petunjuk, atau dia sebenarnya pergi untuk ikut perlombaan?”

           “Sebenarnya, ada hal aneh yang terjadi di sekolah ini yang coba kuhubungkan. Tapi, aku belum yakin. Dan Denny, kurasa dia juga mengetahui sesuatu.”

           “Hal aneh? Apa?” ulang Ron penasaran. Saat Near ingin menjelaskan, suara teriakan Syam mengalihkan perhatian mereka.

           “Dari mana sih, datangnya kalian?” rusuh Syam sambil mengibas tangan dan kakinya. Seperti mengusir sesuatu.

The WitnessWhere stories live. Discover now