"Terus alasan Lo apa?" tanya Arsa secara to the point.

Ilham menurunkan kakinya. Ia memajukan badannya berhadapan dengan Arsa yang bahkan penasaran juga. Mata mereka bahkan saling bertemu karena Ilham rasa, Arsa harus paham dan mengetahui fakta yang tidak pernah diketahui.

"Bianca mau mundur kalau gue gak putusin kontrak kerja sama. Dia mau gue keluarin Lo dari agensi karena dia gak terima Lo berkhianat," tutur Ilham membuat Arsa menolehkan kepalanya pada Anindya yang tampak menyimak nya.

"Tuh, kan. Harusnya kamu gak usah ikut ke sini," ucap Arsa yang cemas istrinya akan kepikiran.

Anindya pun menolehkan kepalanya. Ia mengelus tangan Arsa seraya menggelengkan kepalanya. Bahkan Anindya tampak tersenyum. "Gak apa-apa kok. Justru aku harus tahu Bianca segila apa."

"Lo mutusin hubungan sama dia baik-baik gak, sih? Gue curiga Lo ----"

"Lo tahu sendiri gue pacaran sama dia doang. Nikah juga sama Anindya doang. Gue putusin dia baik-baik, tapi dia gak terima. Gue juga heran kenapa gak terima. Padahal selama jalin hubungan yang gak mau di publish, kan, dia. Terus sekarang dia mau bujuk gue dengan cara kotor kaya gitu? Gue juga gak tahu alasan dia apa," balas Arsa yang memutuskan Bianca secara baik-baik.

"Bianca udah sadar keberadaan kamu. Mungkin dulu dia anggap kamu penting karena karir dan bisa saling tenar, tapi setelah kehilangan kamu dan kamu berpindah haluan, dia baru sadar kalau dia butuh kamu dan cinta sama kamu diluar keuntungan yang dia dapatkan. Makanya sekarang dia terus menerus usaha gimana caranya kamu sadar kalau dia beneran gak rela kamu memilih aku dibandingkan dia," jelas Anindya menggunakan cara pandangnya pada Bianca.

"Nah, betul kata istri Lo. Orang akan merasakan kehadiran kita penting kalau udah lepas, Sa. Selama ini, kan, hubungan kalian terjadi tapi sama-sama gak mau merusak karir. Sekarang kebalikannya," balas Ilham yang satu sepemikiran dengan Anindya.

"Udah, yang terjadi gue anggap gak pernah terjadi. Gue mau jadi ayah, gak seharusnya mikirin masa lalu lagi. Terserah dia mau gimana sekarang," sahut Arsa yang terlihat santai, karena sejatinya ia tahu bagaimana wujud Bianca yang asli setelah cintanya tidak membuat dirinya buta lagi.

"Kalau itu pasti, Sa. Tapi masalahnya tuh kontrak. Dia bilang mau mundur sementara dia banyak job. Banyak brand yang ma ----"

"Lo lupa impact gue kaya apa? Selama ini yang buat Lo kaya siapa? Gue atau dia? Gue kerja dari pagi sampai malam karena gue kira Lo anggap gue saudara atau adik Lo. Tapi Lo mau -----"

"Anjir! Selow dulu. Gue belum selesai ngomong," potong Ilham dengan cepat saat Arsa mempunyai pikiran buruk.

"Sabar mas. Kak Ilham, kan, belum selesai kamu udah main potong aja. Jangan gitu, lah. Kita dengerin dulu penjelasan kak Ilham baru merespon," ucap Anindya berhasil membuat Arsa menganggukkan kepalanya.

"Ya udah ngomong," balas Arsa sangat menuruti perkataan Anindya.

Ya, Ilham melihatnya sendiri Arsa menemukan perempuan yang tepat. Bahkan karena Anindya, Arsa mau mendengarkan dirinya berbicara dibandingkan sebelumnya.

"Bianca emang punya impact dan dia orang pertama yang masuk ke agensi terus Lo. Ya, walau cuman jarak jam, tetap aja dia yang utama. Lo berdua sama-sama menguntungkan kalau kita lihat dari bisnis, tapi kalau dari pribadi gue lebih pilih Lo, walau Lo ngeyel banget dan seenaknya. Bianca bisnis, Lo keluarga. Bagaimana hal kaya gini harus dibicarakan sama tim yang lainnya. Tapi gue yakin mereka setuju dengan keputusan gue sebagai pimpinan sih. Pertama Lo unggul dari etika, ramah sama mereka walau sama fans dingin, terus pendapatan dari hasil brand dan kerja sama Lo lebih banyak dari dia. Lagian kalau gue putus kerja sama gak ada ruginya karena gue yakin sebentar lagi dia kena masalah," jelas Ilham pada akhirnya.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Where stories live. Discover now