• Amarah Nugget

455 79 3
                                    

Halilintar murka besar. Nugget yang sudah ia tandai sebagai lauk porsi makan selanjutnya, hilang dikunyah Solar begitu saja. Tanpa nasi—tolong garisbawahi itu. Adik bungsunya ini hilang akal atau bagaimana? Beraninya dia makan nugget tanpa nasi, dia pikir itu cemilan? ORANG GILA MANA YANG NYEMIL NUGGET?! NUGGET ITU LAUK!

"Kak Hali kenapa deh kok melotot-melotot begitu? Tersedak? Butuh air?" Si bungsu langsung menyodorkan segelas air putih pada si sulung. Soalnya, terakhir kali Halilintar tersedak, yang ribut satu rumah. Bahkan si sulung itu sempat nyaris dilarikan ke rumah sakit juga akibat mengaku nyawanya ikut tersangkut di kerongkongan.

"Kau itu yang kenapa," Halilintar bangkit dari duduknya kemudian menghampiri si bungsu dan memiting lehernya kesal, "KENAPA NUGGET DICEMIL?!"

"Apa sih?!" Tangan-tangan Solar bergerak liar. Memukul, mencubit, mencakar, pokoknya semua tindakan melukai yang bisa dilakukan oleh tangannya, dilakukan pada tubuh Halilintar, "dia sendirian di atas piring, ya Solar makan, lah. Kasian. Sayang kalau ga dimakan."

"ITU SUDAH AKU TANDAI!"

"BAGIAN MANANYA?!"

"IMAJINERKU YANG MELAKUKAN!"

Solar menjengguk si sulung kesal, "itu bukan menandai secara harfiah, Kakak jelek!"

Halilintar makin murka. Berani sekali adiknya bilang dia jelek?! Dia paling tampan loh di rumah ini. Kutu kecil ini lancang sekali mulutnya. Siapa dia berani-beraninya mengatai Halilintar si anak sulung?

Taufan dan Duri hanya menghela napas panjang. Kalau sudah bertengkar sampai bergulung-gulung begitu, bakal sulit untuk mereka melepaskan adu tonjok Halilintar dan Solar. Padahal di tangan Duri telah matang sepuluh biji nugget tambahan yang memang niatnya akan diletakkan bersama nugget yang sedang dipermasalahkan si bungsu dan si sulung. Yah, mau bagaimana lagi. Keduanya sudah dimakan api amarah nugget.

Tangan Solar menjambak Halilintar. Halilintar balas menendang Solar. Solar balas lagi menonjok perut Halilintar. Halilintar membalas balik membanting Solar. Dan cyclenya tidak akan berhenti sampai mereka terpisah secara alami karena lelah bergulung-gulung di lantai.

"Sudah cosplay jadi atlet gulatnya?" Suara Gempa menyeruak menengahi pergulatan Solar dan Halilintar yang tengah menjeda, "Duri sudah menggoreng sepuluh biji nugget lagi, apa kalian masih mau lanjut bergulung-gulung?"

Tidak ada jawaban. Keduanya masih saling melempar tatapan tajam dengan napas yang terengah-engah. Baju serta rambut mereka acak-acakan tak karuan, seperti orang baru bangun tidur dan belum mandi. Beberapa bagian wajah dan tubuh mereka juga tampak bekas-bekas luka tipis akibat kuku yang saling beradu. Selamat menikmati perih saat mandi, batin Gempa dongkol.

"Maaf, aku sudah marah karena Solar makan nugget sebiji yang tersisa." Halilintar mengulurkan tangannya malas-malasan. Ia bahkan tidak mau menatap wajah sang adik. Ogah sekali dia mengakui kalau dia yang salah. Ini semua kan salah Solar.

Si bungsu mendengus sebal namun tetap menyambut jabat tangan yang disodorkan si sulung, "Solar juga minta maaf sudah berkelahi dengan Kak Hali. Tapi, Solar tetap tidak akan mengaku salah sudah makan nuggetnya."

"AWAS KAU, SOLAR—" Gempa buru-buru menyeret Halilintar menjauh dari Solar, sebelum terjadi lagi babak kedua pergulatan si sulung dan si bungsu.

Pening sekali kepala Gempa. Padahal nugget yang akan digoreng masih banyak, tapi dua saudaranya ini sudah bertengkar pada gorengan yang pertama. Ini siapa sih yang membiarkan dua orang sumbu pendek dengan kiblat makan nugget berbeda bisa bertemu di meja makan bersamaan? Padahal Gempa sudah mewanti-wanti semua saudaranya untuk memisahkan Solar dan Halilintar acap kali menu makanannya adalah mugget, loh.

Mungkin patroli mengenai makan nugget ini harus diperketat lagi agar dua orang tersebut tidak jadi atlet gulat dadakan kembali.

Rupa Tujuh SemestaWhere stories live. Discover now