• Sopan vs Supra

576 83 1
                                    

Sopan hanya tersenyum manis di balik tessen yang mengipas anggun. Senang sekali dia melihat kakaknya sedang diomeli Solar tanpa henti. Dia bahkan tidak membela diri sama sekali, dari tadi hanya mengangguk-angguk mengaku salah. Kalau dia ngotot bilang tidak salah, tuh, ada buktinya, Gentar yang masih hilang kesadaran—tapi, kayaknya sekarang dia tidur deh, bukan pingsan lagi.

"Tenang saja, Kak Solar. Nanti biar Sopan yang adukan pada mas dan kakak-kakak juga perihal hari ini," senyum manis Sopan makin lebar dan mulai berubah ke arah seringai yang memberi sinyal janggal pada Supra, "biar mas Supra tidak usah sekalian bertemu Kak Solar lagi setelah ini."

Supra mendelik tajam dari balik kacamatanya. Apa-apaan adik bungsunya satu ini? Bisa-bisanya dia berniat menjauhkan Supra dari Solar?

Bagi Supra, Solar adalah dambaan. Idola. Role model. Keniscayaan. Dan semua hal yang kau bisa sebutkan untuk mendefinisikan 'panutan' akan diiyakan oleh Supra. Pokoknya, Solar yang paling keren. Dua kakaknya kalau dibandingkan dengan Solar jelas tidak level. Pokoknya, Solar paling oke, titik, Supra tidak menerima penolakan. Jadi, kalau sang adik serius membuatnya tidak bisa bertemu Solar, ini berarti genderang peperangan sudah ditabuh Sopan sangat nyaring.

Namun, Sopan tidak peduli. Bodoh amat. Ia tetap tersenyum santai sambil mengipas dirinya dengan tenang. Hohoho, kakaknya yang satu ini sudah terpancing emosi. Supra memang harus diberi pelajaran. Sudah cukup Sopan bersabar atas perilaku absurdnya selama ini. Ia sudah sangat jengah melihat kelakuan kakaknya yang mendewakan Solar itu. Si Supra itu kini sudah perlahan menjelma jadi Solar 2.0 . Penampilannya seperti copy-paste terhadap Solar. Sampai kacamata pun frame yang ia pilih sebelas dua belas dengan Solar. Sopan pusing sekali dibuatnya.

Tuh, lihat. Mereka berhadapan saat ini sudah macam anak kembar saja. Tidak ada bedanya sama sekali, kecuali wajah Supra yang selalu dibuat datar dan Solar yang memiliki raut muka lebih beragam serta ekspresif.

Sopan sendiri tentu suka sekali dengan sang kakak sepupu. Ia betulan menaruh rasa hormat padanya. Bagaimana pun, Solar sedikit banyak memberinya pandangan-pandangan unik terhadap hal baru—seperti makan kentang dicocol eskrim itu enak. Sering juga membantunya mengerjakan PR ketika kakak-kakaknya tidak bisa diandalkan sama sekali. Bahkan pernah juga Solar membantunya mencari Gentar yang sampai maghrib tidak kunjung pulang—ternyata ketiduran di halte bus. Namun Sopan masih memiliki akal sehat dan tidak segila Supra. Ada-ada saja kakaknya satu itu.

Sekarang, tamat sudah riwayat Supra sebagai fans berat Solar. Sopan akan mengakhirinya tanpa ampun.

"Mari, Kak Solar, Sopan antar ke kamar untuk istirahat," Sopan mengerling jenaka pada Supra yang masih terpatung tidak percaya, "sekalian nanti tolong Sopan dibantu ya bicara sama mas dan kakak-kakak."

Dan detik setelahnya, dapat terdengar raungan frustasi Supra dari lantai satu. Sopan tertawa senang. Selamat tinggal karir Supra sebagai fans berat kak Solar, semoga Sopan tidak perlu bertemu lagi.

Biarkan Sopan mulai hari ini dapat mengawali langkah pertama karirnya sebagai pemuja berat sosok Solar dengan damai dan tanpa halangan menyebalkan yang bernama Supra, hohoho.

Rupa Tujuh SemestaWhere stories live. Discover now