• Kebun Duri

486 73 1
                                    

Duri senang sekali. Ia dapat izin untuk mengurus taman belakang jadi kebun mini dambaannya. Seharian kemarin ia sibuk menata ini dan itu. Ia bahkan berhasil menarik bantuan adik kembarnya dan juga Gempa, tentu secara paksa. Tidak apa-apa ia harus dapat tugas cuci piring seminggu, yang penting kebun mininya sekarang jadi.

Kecil, cantik, hijau, dan tampak teduh. Duri senang sekali, ini perlu ditekankan berkali-kali. Puas rasanya. Ini seperti salah satu wishlist hidupnya berhasil dicentang lebih dini.

Sayangnya, kerja rodi yang dilakukan Duri kemarin berhasil merobohkan Gempa serta Solar selama beberapa hari ini. Meriang mereka, dampak terkena flu karena sampai malam basah-basahan menata kebun untuk Duri.

Tidak masalah, pikir Duri. Lagi pula saudaranya ada banyak. Kalau nanti para kakak roboh semua, dia masih bisa pinjam tangan dari para sepupu yang tinggal tidak jauh dari sini. Bantuan selalu ada dan siap sedia buat Duri.

Dan begitulah kira-kira asal muasal kenapa Duri bisa mendapatkan pinjaman bantuan tangan dari salah satu kakaknya, Ice, meskipun cukup ogah-ogahan ketika dipinta tadi pagi. Sekali lagi, tidak masalah. Duri selalu punya sejuta cara. Ia menawarkan setoples cookies buatan Taufan demi bantuan mengurus kebun, tentu saja, langsung disambut uluran tangan setuju oleh sang kakak.

Tapi, kadang hal-hal baik tidak berakhir baik di tangan Ice. Harusnya, Duri lebih percaya pada cerita kegiatan belanja bulanan Solar yang dikacaukan Ice, sebelum memutuskan meminta bantuan pada kakaknya yang ajaib ini.

"Sudah beres, Duri," Ice menepuk bahu sang adik yang terisak dan berlalu masuk lagi ke dalam rumah, "terimakasih ya tawaran cookiesnya. Senang bekerjasama denganmu, adikku. Ditunggu loh, permintaan bantuan berikutnya."

Duri merengek kesal. Kebun mini kebanggaannya memang sekarang tampak basah segar, tapi bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah Ice salah menyiram. Yang disiram sang kakak barusan justru section tanaman yang sudah ditandai untuk tidak sering-sering disiram oleh Solar dan Duri kemarin. Melihat dari banyaknya tetesan dan air yang meluber di tanah, sudah jelas sang kakak tadi menyiram semua tanamannya dengan banyak air tanpa terkecuali.

"Aaarrrggh, kalau kaktus-kaktus milik Duri mati, Duri gigit nanti kak Ice!"

Rupa Tujuh SemestaWhere stories live. Discover now