• Sepupu

556 88 0
                                    

Sungguh, Solar tidak masalah sama sekali kalau memang dia harus jaga rumah seorang diri. Dia bukan anak umur lima tahun yang butuh ditemani. Dia juga bukan penakut sama hantu seperti si sulung Halilintar. Toh, masih ada Tok Aba di rumah. Sayangnya, kakaknya yang berjumlah enam biji itu bersikeras memberinya teman menginap agar tidak kesepian.

Dan berakhirlah Solar terjebak dengan beberapa sepupunya.

Solar menghela napas lelah. Telunjuknya menusuk-nusuk pelan salah satu sepupu yang terkapar tidak sadarkan diri di hadapannya, dan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan terbangun dalam waktu dekat, "Gentar, bangun. Kamu cuma kena tonjok sekali, yang benar saja langsung pingsan begini?"

Sopan di dekatnya hanya tertawa ringan sambil mengipasi mereka bertiga dengan tessen yang biasa ia bawa kemana-mana. Agak gila memang sepupunya yang satu ini. Dia bawa properti bela diri dan tidak ada seorang pun yang menyitanya. Solar yakin, bagian keamanan dan BK sekolah menengah pertama milik Sopan tidak tahu kalau kipas anak itu bukan kipas biasa.

Solar sudah biasa menghadapi teman-teman sekolahnya yang mungkin menyimpan dengki padanya. Dia jago bela diri dan tiap sore sparring bersama Halilintar yang petarung jalanan. Mengurus tukang bully hal sepele sekali. Namun, sepertinya hari ini ia sudah diincar betul-betul. Tahu sekali mereka kalau Solar tengah diekori dua adik sepupunya bagai itik dan ibu itik. Mereka bertiga dicegat ramai-ramai saat sedang berjalan pulang. Ada sekitar lima hingga sepuluh orang, Solar tidak terlalu menghitung. Tidak banyak, bahkan Solar yakin sekali bisa menangani seorang diri.

Tapi, Gentar maju dengan gagah berani dan berkata, "Kak Solar tenang saja, biar Gentar yang hadapi mas-mas preman ini! Ini memang sudah tugas Gentar yang diperintahkan oleh Mas Supra!" Dan satu tonjokan melayang ke arah wajahnya segera melayangkan juga kesadarannya. Gentar jatuh pingsan tanpa sempat unjuk kemampuan berantemnya sama sekali.

Solar menulis catatan kecil di tangan, ia harus memukul Supra setelah ini. Berani-beraninya dia malah menyuruh adiknya untuk menemani Solar, sedangkan dia sibuk mengurus kegiatan komite siswa.

Tentu seperti perhitungan Solar sebelumnya, para tukang bully selesai dibereskan dengan cepat. Oleh Solar seorang diri? Iya dan tidak. Karena Sopan pun turun tangan meskipun ia tidak harus baku hantam adu jotos seperti Solar. Ia menghajar orang-orang itu dengan gerakan-gerakan efektif yang anggun. Tessen di tangan bergerak lihai sesekali menggetok keras tanpa ampun sehingga merobohkan beberapa dari tukang bully itu.

Solar dan Sopan selamat dan bersih dari luka apapun. Kerugian pihak mereka hanya Gentar yang terkapar tidak bangun-bangun sampai selesai pengeroyokan.

"Sopan," yang dipanggil menoleh cepat sambil tetap memasang senyum, "tolong bantu aku mengangkat Gentar. Kamu ambil bagian kiri, biar aku yang angkat bagian kanan."

Sopan mempertahankan senyum khasnya—yang menurut Solar memuakkan karena terlalu silau, "siap, Kak Solar!"

Dan mereka pun berjalan pulang beriringan, tentu dengan Gentar dalam papahan yang masih tidak kunjung bangun dari pingsan semi matinya itu.

"Kak Solar, habis ini mau menghajar Mas Supra?"

"Iya."

"Asiikk, Sopan ikut boleh?"

"Mohon bantuannya, Sopan."

"Siap, Kakakk!"

Rupa Tujuh SemestaWhere stories live. Discover now