• Keputusan Halilintar

728 94 1
                                    

Halilintar sudah sadar diri sejak kecil. Ia tidak pernah diposisikan sebagai seorang pemimpin bagi adik-adiknya. Pun tentu ia tidak pernah mempermasalahkan itu. Ia tahu sekali, adik kembarnya yang bungsu itu, Gempa, jauh lebih cocok menyandang peran pemimpin penuh tanggungjawab. Didampingi Taufan yang menyandang peran jembatan bagi para adik dengan saudara kembarnya, adik-adik mereka tunduk patuh melakukan semua yang dititahkan si pemuda dengan ketenangan seluas samudera itu.

Barangkali jika itu Halilintar yang diberi tongkat kepemimpinan, adik-adiknya sudah pasti akan melakukan pemberontakan atau malah kudeta padanya. Untung saja Halilintar sosok yang sadar diri.

Orang tuanya dengan sangat memahami watak si sulung, memulihkan kepercayaan dirinya dan memasrahkan si sulung untuk selalu memutuskan hal-hal yang bersifat krusial. Dan itu terbawa hingga sekarang. Apabila ada keputusan-keputusan yang harus segera diambil dengan meminimalisir konsekuensi serta resiko, Halilintar akan pasang badan untuk enam adiknya dan mengambil keputusan terbaik untuk mereka.

Dan tidak ada yang pernah meragukan keputusan-keputusan mutlak sang anak sulung. Halilintar sungguh pengambil keputusan yang bijak.

"—kurang lebih seperti itu. Kakak kan yang paling jago kalau diminta memutuskan sesuatu," Halilintar menatap si bungsu yang kini memasang mimik serius pada rupanya, "jadi menurut Kak Hali, aku cocok pakai frame warna silver atau gold?"

Halilintar menatap sengit pada Solar.

"Loh, aku benar, kan? Ini krusial sekali loh, menyangkut ketampanan wajahku yang bisa saja berkurang kalau salah pilih!"

Seseorang tolong ingatkan Halilintar nanti untuk memutuskan, apakah ia harus membanting Solar atau menggebuknya dengan sandal flip flop merah lorek hitam kesayangannya.

Rupa Tujuh SemestaWhere stories live. Discover now