|SW 78| Ngidam Tengah Malam

Mulai dari awal
                                    

Arsa terlihat menolehkan kepalanya. Ia menatap istrinya yang tetap diam ditempatnya, sementara ia ingin membawanya. "Ada apa lagi cintaku?"

"Gak mau naik mobil. Jalan kaki aja. Di depan gang pasti ada kok warung makan kaki lima," balas Anindya membuat Arsa terkejut di tempatnya.

"Ha? Gak salah? Ini jam 12 malem. Ya, kali kita jalan ke sana aku -----"

"Kamu gak berani, ya? Dasar penakut!" seru Anindya membuat Arsa tak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Bukan penakut sayang, tapi kamu lagi hamil muda, loh. Kata orang, tuh, kalau -----"

"Ya, udah aku sendiri aja," potong Anindya ingin keluar dari kamar, namun ditahan oleh Arsa.

"Oke. Kita pergi cari makan. Tapi sebelum itu pakai jaket dulu, biar anak kita baik-baik aja. Ayo ke mobil dulu. Jaket aku ada di sana," ajak Arsa meraih tangan Anindya, lalu turun ke bawah secara bersama-sama.

Bisa dibayangkan suasana gelap rumah Angga membuat bulu kuduk Arsa merinding seketika. Bagaimana tidak merinding? Ini malam pertama setelah kematian Angga, bahkan harum bunga pun masih tercium di hidungnya. Sanak keluarga yang menginap pun sudah pada tidur, menyisahkan Arsa yang harus berjuang melawan rasa takutnya demi istri tercinta yang bahkan terlihat baik-baik saja. Ia bisa melihat Anindya sangat menikmati genggaman tangannya tanpa rasa takut sedikitpun. Bahkan sesekali istrinya itu menatapnya, memberikan senyuman indah saat keinginan nya di penuhi oleh dirinya.

"Pakai jaket ini aja, ya?" tanya Arsa seraya mengeluarkan sebuah jaket bulu pada Anindya yang terlihat menganggukkan kepalanya. Bahkan Arsa dengan hati-hati memakainya, memastikan kembali istrinya tetap hangat ditengah cuaca dingin tak bersahabat.

"Ayo buruan, aku gak sabar mau pesan makanan," ajak Anindya tanpa sabaran.

"Sabar, atuh, nutup mobil dulu," balas Arsa yang menutup mobilnya, lalu saat kembali Anindya sudah tidak ada di belakangnya. Kemana perginya istrinya? Arsa yang panik pun berlari menuju halaman rumah. Suasananya begitu sepi tidak ada orang satu pun dimalam hari.

"Jangan becanda. Ini tengah malam, loh, sayang. Gak lucu, ah, kalau sampai terjadi apa-apa," ucap Arsa yang tak kunjung menemukan Anindya.

"Der!" pekik Anindya dari belakang, membuat Arsa yang terkejut jatuh dihadapannya. Awalnya ia ingin mengerjai Arsa, namun ketika ekspresi panik dan takut terlihat jelas di wajahnya membuat ia segera mengulurkan tangannya. "Maaf, aku kira kamu gak penakut. Ternyata aku salah."

Arsa menerima uluran tangan Anindya. Bahkan tanpa di sangka-sangka oleh Anindya, pria itu memberikan jitakan lembut di kepala istrinya.

"Nakal. Gimana kalau aku meninggal? Kamu jadi janda nanti," ucap Arsa yang kesal, karena Anindya mengerjai dirinya.

"Dasar nakal juga, ngomong sembarangan. Emang boleh ngomong kaya gitu? Gimana kalau malaikat menjabahi kata-kata kamu? Dasar," balas Anindya memukul pelan bibir suaminya.

"Sakit tahu, masa bibir aku di pukul. Mending dicium aja sini," ujar Arsa seraya memegang bibirnya.

"Najis amat," sahut Anindya tak terduga.

"Najis? Bilangnya najis, tapi kalau dicium ketagihan. Dasar, ya, perempuan," timpal Arsa membuat Anindya tampak malu di hadapannya.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang