|SW 76| Lembaran Baru

Comincia dall'inizio
                                    

"Sa, perempuan ini. Lo gak ----"

"Gak usah bela yang salah! Gara-gara dia, semua orang hina istri gue! Pernikahan gue sama Anindya terbongkar. Apa Lo puas melakukan hal kaya gitu sama sahabat Lo sendiri? Lo tega sahabat Lo di caci maki banyak orang dengan tulisan yang Lo up di media masa? Terus Lo juga puas buat gue ketakutan setiap hari gara-gara pesan misterius yang Lo kirim? Mikir jadi orang! Perempuan kaya Lo gak pantes jadi sahabat istri gue!" Arsa terlihat mencaci maki Kanaya yang bahkan terkesan asing dengan segala kata-katanya. Terutama perihal pesan yang membuat sahabatnya harus menjadi bahan gosip.

"Lepas, sakit," pinta Kanaya kala Arsa semakin emosi dan menarik kemejanya.

"Bukan gue yang foto Lo, bukan gue juga yang tulis pesan itu! Sakit, please lepasin," jelas Kanaya dengan wajah memelas nya, namun Arsa tetap menarik baju kemeja nya.

"Sa, lepas ------"

"Arsa lepasin Kanaya!" seru seseorang membuat Arsa melepaskan Kanaya yang langsung terduduk, lalu kepalanya menoleh ke belakang dimana Anindya menghampiri nya dengan wajah yang begitu marah.

"Lo gak apa-apa? Ada yang sakit?" tanya Anindya memeriksa leher Kanaya yang terlihat memerah karena himpitan kain dan tangan Arsa. Kanaya pun terlihat menggelengkan kepalanya. Ia berusaha baik-baik saja agar Anindya tak cemas dengan kondisinya.

"Bagus, ya! Maksudnya apa kaya gitu? Kamu gak lihat dia perempuan? Dimana hati kamu?" tanya Anindya pada suaminya sendiri.

"Kamu bicara soal hati sama aku? Coba tanyakan dimana hati sahabat kamu setelah nusuk kamu," balas Arsa tersenyum miring dengan jari telunjuk yang menunjuk Kanaya.

"Nusuk gimana? Dia -----"

"Kanaya yang ngirimin pesan misterius dan teror ke Arsa, Nin. Dia juga yang buat Lo di hujat, yang foto Lo berdua di bandara, yang bongkar identitas Arsa dan Angga kalau dia saudara, dan yang lebih parah menggiring opini fans untuk benci sama Lo," jelas Rio kemudian, membuat Anindya tak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia merasa terkejut dengan fakta yang diutarakan, namun ia menyakini tak mungkin sahabatnya bertingkah sejauh itu.

"Jelasin semuanya! Jangan diam aja! Lo punya mulut anjir. Di teks pesan aja sok berani, giliran ketemu sama gue kicep juga Lo. Jelasin, gue mau denger Lo jelasin semuanya di hadapan sahabat Lo," ucap Arsa dengan emosi yang menggebu-gebu karena Kanaya sudah menghancurkan semuanya, termasuk mentalnya yang terus di teror dan dibuat bingung.

"Nay, itu semua gak bener, kan?" tanya Anindya meraih tangan Kanaya.

"Gue pengirim pesan misterius itu, tapi bukan gue yang bongkar dan menggiring banyak orang untuk benci sama Lo," jawab Kanaya dengan mata yang berkaca-kaca membuat Anindya melemas seketika. Bahkan Anindya pun terduduk di samping Arsa seraya menatap Kanaya yang menatapnya juga.

"Alah bacot! Ngomong aja ----"

"Gue gak segila itu, sa! Persahabatan gue jauh lebih penting diatas segalanya. Lihat Anin sakit, gue terpaksa buat Lo merasa bersalah, bimbang, lalu mengakhiri hubungan Lo sama Bianca. Gue sayang sama Anindya, bagi gue kebahagiaan Anindya diatas segalanya. Tapi bukan gue yang bongkar semuanya. Gue juga masih cari tahu siapa yang nulis pesan Anonim itu. Gue juga sedih lihat Anindya mendapatkan ujaran kebencian kaya gitu. Gue masih normal, otak gue masih bisa berpikir dan gue gak mungkin menyakiti Anindya," jelas Kanaya dengan air matanya. Ya, mungkin orang-orang yang mendengarnya tak akan percaya, tapi percayalah bukan dia pelakunya.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora