"Nanti malam, Tari ada jadwal pemeriksaan, Kak Sadha saranku harus menemani dia."

Kali ini, Sadha tak menyahut cepat. Tentu, masih menimbang-nimbang.

Bukan juga tidak mau. Yang jadi pertimbangan sudah jelas izin dari Tarima.

Apakah wanita itu akan memperbolehkannya untuk pergi ke klinik dan menemani?

"Datang saja, Kak Sadha. Aku yang urus Tari, kalau dia ngamuk."

"Oke." Sadha menyetujui bantuan diajukan sang adik sepupu.

"Dan benar Kak Sadha mau antar Tari pulang, 'kan?"

"Iya." Sadha menjawab secara singkat saja.

"Kalian masih suami-istri tinggal beda rumah. Nggak normal tahu."

Kenanga tengah menyindirnya, walau dalam nada canda dan diiringi tawa.

Ketika hendak dijelaskan alasan yang melatarbelakangi, sang adik sepupu sudah masuk kembali ke ruangan bayi dengan langkah amat gesit.

Sadha memilih diam di luar. Duduk di sebuah bangku yang tersedia tak jauh.

Diambil ponsel untuk memeriksa pesan-pesan dan email-email pekerjaan yang masuk. Satu demi satu dibuka guna mengisi waktu.

Walau weekend, akan ada saja beberapa staf mengirim hasil pekerjaan mereka.

"Mas ...,"

Baru saja Sadha ingin membaca sebuah email, suara milik Tarima didengar.

Kepala lantas diangkat guna melihat dimana posisi sang istri.

Wanita itu duduk di sebelahnya, dengan jarak lumayan dekat, mengingat luas bangku juga tidak cukup lebar untuk ditempati berdua.

Sadha mendadak tegang.

Mungkin karena pengaruh rasa bersalah dan sesal atas pertengkaran mereka yang terakhir, apalagi dicium Tarima tanpa seizin wanita itu.

"Mas akan mengantarku pulang?"

Sadha terpaku menyaksikan sorot mata istrinya yang setajam biasanya, tak terpancar energi negatif seperti kemarahan. Tarima menatapnya biasa-biasa saja.

"Mas?"

Panggilan Tarima seketika menyadarkan dirinya dari fokus yang sempat hilang.

"Saya akan antar kamu pulang, Tari."

"Aku bisa pulang sendiri, Mas."

"Akan saya antar." Sadha masih bersikeras. Suara dibuat lebih tegas.

"Kamu ingin pulang sekarang?"

"Setengah jam lagi, Mas."

"Aku masih mau mengajak Baby Issha."

"Baby Issha?" Sadha bertanya karena tidak cukup paham.

"Bayi laki-laki tiga bulan."

"Baru diserahkan ke sini oleh ibu kandungnya karena bercerai."

"Saya ingin lihat dia." Sadha spontan saja meminta. Hatinya terketuk tiba-tiba.

Saat Tarima mulai bergerak bangun, ia juga beranjak.

Lalu, diikuti wanita itu di belakang. Mereka menuju ke suatu tempat.

Ternyata ke ruangan bayi yang tadi.

Sadha pun berhenti, saat melihat Tarima bicara dengan seorang perawat yang bertugas.

Dengan jelas didengar sang istri meminta izin untuk mengajak Baby Issha.

Tak lama, bayi laki-laki itu sudah diangkat dari boks. Berada dalam gendongan Tarima.

Sang istri lantas berjalan mendekat padanya.

"Ini dia."

Tangan kanan Sadha langsung terulur ke pipi Baby Issha yang tengah tertidur, dibelai dengan lembut. Entah mengapa, hatinya menghangat.

"Mau coba ajak Baby Issha, Mas?"

Sadha menggeleng cepat. Menolak karena tak yakin akan bisa menggendong dengan benar. Tarima pun tidak memaksanya.

Mereka tak bercakap-cakap lagi. Tarima juga tidak menjauh. Tetap berdiri di sebelahnya dalam jarak pemisah yang amat pendek.

Sadha tentu tak mengalihkan pandangan barang satu detik pun dari sang istri.

Menyaksikan bagaimana Tarima tersenyum hangat pada Baby Issha, mampu memberikan rasa nyaman semakin besar ke relung hatinya.

"Mas harus mulai belajar menggendong bayi."

Setelah beberapa menit tak ada pembicaran di antara mereka, ucapan sang istri menghentak kesadarannya.

Dikembalikan atensi ke sepasang netra cokelat wanita itu.

Mereka berdua bersitatap intens.

"Mas ingin membesar bayi kita bersama-sama?"

Pertanyaan Tarima menghantam logikanya.

"Aku akan memberi Mas kesempatan untuk mencintaiku."

Sadha terlambat bertanya balik, jawaban sudah dilontarkan Tarima dengan gamblang.

Ketegangan bertambah karena pembicaraan serius ini.

"Kenapa tiba-tiba?" Sadha perlu mengonfirmasi alasan di balik keputusan Tarima.

"Aku tidak mau egois memisahkan anakku dengan ayahnya."

...................................................

Ada yang kangen nggak? Cihuyyy.

yokyok vote dan komen dulu bentuk support Mas Sadha sama ayang baikan. Wkwkwk.

Bayi Milik Suami DudaWhere stories live. Discover now