Part 18

78 7 4
                                    

Reyhan kembali rasa deg deg'an yang kuat. Una yang menyadari hal itu langsung mennangi reyhan.

"Tenang aja kali, bawa santai aja jangan tegang. Yang ada ntar lu malah gagap didepan dosen.
Anggap ajalah ini tes biasa aja", ucap una meyakinkan reyhan

Reyhan mengangguki ucapan Una, kini ia beranjak dari kursinya dan mulai perlahan berjalan keruang ujian.

Tiba tiba saja langkahnya terhenti akibat Teriak una dari belakang.

"Semangat reyhan, pasti bisa", teriaknya dari belakang

Reyhan membalikkan badanya ia melihat una yang terus meyakinkan dirinya reyhan hanya tersenyum.
Lalu kembali membalikan badannya lalu lanjut berjalan kembali.

Kakinya mulai menyentuh ruangan tes. Perasaan reyhan yang tadinya biasa saja kini menjadi perasaan yang tegang dan tak karuan.

Perlahan ia menduduki bangku yang telah disediakan, setelah duduk ia berhadapan dengan dosen yang akan menge-tesnya.

"saudara, Muhammad reyhan gelvaro. Fakultas hukum ya?
kamu yakin dengan tes ini? dan kamu yakin lolos?", ucap dosen itu membuat reyhan tak dapat berkata kata

"e-eh... i-insyaallah yakin p-pak", ucapnya dengan terbata bata

"Baikla kalau begitu, tes akan saya mulai", ucap dosen itu

Reyhan ditambah panik karna tes akan dimulai, pikirannya kacau dan perasaan yang tegang.

----------------------------------------------------------

geyhan tetap saja masih berada di kasurnya, ia sungguh muak dengan kondisinya dengan saat ini yang tidak bisa melakukan hal apa pun. Ia bosan hanya menonton tv bahkan ntah siaran apa yang dipertunjukkannya itu tak menarik dimata geyhan.

"a-ayahh...", panggil geyhan sehingga arafi datang kepadanya

"kenapa gey?", tanya arafi disebelah putranya

"ga bisa sekarang kita balik ke indonya?" Tabya lgeyhan yang membuat arafi bingung

"besok gey, besok pagi kita udah bisa pulang ke indonya?
memangnya kenapa gey?", tanya arafi semakin bingung

"sekarang aja, yah...
biar bisa cepat terapinya terus aku bisa sembuh. aku capek cuma baring kek gini doang", ucap protesnya yang tak menerima kondisinya saat ini

Arafi mengehelus rambut putranya, ia tau perasaan anaknya saat ini ia belum bisa menerima keadaannya saat ini.

"mau sekarang kamu pulang, terus terapi hanya sekali saja itu ga langsung bikin kambuh sembuh geyhan. setiap hal pasti ada prosesnya", ucap arafi menjelaskan kepada geyhan

"tapi geyhan ga mau kek gini doang yah, kalau memang ayah sayang sama aku harusnya ayah lakuin apapun untuk kesembuhan geyhan. ini nyiksa aku banget cuma baring kek gini doang", ucapnya yang makin memberontak

Ucapannya itu membuat arafi memanas, itu sedikit menggores hatinya.

"ayah mana yang tega lihat anaknya seperti ini gey? ayah juga mau kamu seperti sedia kalaa...
ayah tau perasaan kamu saat ini, tapi ga bisa kah kamu sabar untuk setiap mengahadapi suatu hal.
kamu selalu tergesa gesa, semakin kamu tergesa gesa yang ada makin bikin rumit masalah bukan malah menyelesaikan", ucap arafi dengan penuh emosi

Geyhan yang tadi memberontak, lalu terdiam. air matanya perlahan mengalir, arafi yang melihat merasa bersalah ia meminta maaf dengan perbuatannya.

"M-maafin ayah gey, ayag g-ga bermaksud kok", ucapnya dengan menghapus air mata geyhan

Geyhan hanya terdiam justru ia memalingkan wajahnya dari hadapan ayahnya.

arafi menjauh dari geyhan, ia keluar dari ruangan itu lalu pergi ke arah taman. ia terduduk lemas air matanya yang juga mengalir dan perasaan yang campur aduk.
jujur, ia tak bisa melihat anaknya menderita seperti ini bahkan ia juga ingin anaknya seperti sedia kala namun takdir tuhan berkata lain.

KEINGINANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang