|SW 71| Bincang Santai

Start from the beginning
                                    

"Silahkan duduk, mas Angga masih shalat," ucap pembantu rumah tangga saat Rio duduk di salah satu sofa.

"Ha? Shalat?" tanya Rio seolah tak percaya.

"Iya, mas. Masih shalat isya. Mau kopi atau teh?" tanya pembantu itu pada Rio yang bahkan tak percaya mendengar penuturan dari asisten rumah tangga milik Angga.

"Teh aja," balas Rio membuat pembantu tersebut pergi dari hadapan nya.

Rio tak percaya. Benarkah Angga shalat? Bahkan Arsa yang terlihat benar saja shalatnya jarang-jarang. Ia pun menunggu lima menit lamanya, hingga pada akhirnya ia melihat seorang pria dengan kaus putih dan celana pendeknya turun dari tangga. Kalau dilihat-lihat Angga begitu kurus dan tidak berisi lagi badannya. Bahkan ekspresi dingin dan swag yang melekat pada dirinya kini berganti dengan wajah pucat yang bisa ia lihat dari wajahnya.

"Maaf gue baru selesai shalat," ucap Angga seraya duduk di hadapan Rio yang terus menatapnya.

"Anjir Lo beneran shalat?" tanya Rio tak percaya.

"Shalat gak bisa dibuat bohongan," balas Angga terlihat santai karena Rio dan Angga pernah dekat ketika SMA dulu.

"Tumben banget anjir," sahut Rio membuat Angga tersenyum singkat.

"Gue butuh amal ibadah yang banyak," timpal Angga membuat Rio tak bisa lagi berkata-kata ditempatnya.

"Arsa mana? Kok Lo yang datang?" Angga memberikan sebuah pertanyaan yang membuat Rio kembali tersadar.

Rio yang mendengar hal tersebut bimbang harus menjawab sesuai fakta atau harus ia buat alasan lainnya agar Angga tak merasa sakit hati? Tapi untuk apa juga ia menjaga hati Angga saat Angga sendiri tega melepaskan keluarganya bukan?

"Dia bilang gak mau ketemu sama Lo. Masih sibuk sama istrinya," balas Rio merasa tak enak hati.

"Oh, ya, udah gak apa-apa. Gue paham," ucap Angga yang sebenarnya mengharapkan Arsa untuk datang malam ini.

"Lo mau ngomong apa? Biar gue sampaikan," tanya Rio pada Angga.

"Pesan misterius yang -----"

"Jangan bilang itu Lo? Lo ngelakuin itu semua karena Lo dendam sama adik Lo sendiri?" Rio yang mendengar kata-kata tersebut keluar dari Angga mengira bahwa pria tersebut akan berbicara sebuah fakta.

"Untuk apa gue merugikan adik gue sendiri? Kalau pun gue mau, itu bukan cara gue," sambung Angga dengan tatapan seriusnya.

"Terus? Lo tahu siapa pelakunya?" tanya Rio yang kali ini menanggapinya dengan serius.

"Sahabat istrinya," balas Angga membuat Rio berpikir sejenak. "Kanaya."

"Anjir Lo serius? Lo tahu dari mana?" Rio membulatkan matanya. Bahkan ia tak yakin jika pelakunya adalah Kanaya. Mana mungkin perempuan secantik dan sebaik itu tega melakukan hal ini pada sahabatnya sendiri? Sangat diluar nalar.

Melihat bagaimana Rio berekspresi membuat ia teringat ekspresinya saat mengetahui pesan misterius yang mengirimkan dirinya pesan adalah sahabat Anindya. Bahkan pesan itu memberikan sebuah ancaman agar dia tidak menerima kerja sama lagi dalam bentuk apa pun bersama Anindya. Awalnya Angga menganggap itu sebuah lelucon dan pesan iseng saja. Namun ketika berita dirinya dan Anindya tersebar luas di media membuat ia berpikir perlu mencari tahu siapa yang mengirimkannya. Tentu saja dibantu oleh tenaga orang-orang yang bisa melacak keberadaannya.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Where stories live. Discover now