🌱 25

112 4 9
                                    

Sore itu, Fairy baru saja tiba di halaman rumahnya. Gadis itu mengukir senyum saat mendapati Franky yang sudah berdiri menunggunya di depan pintu rumah.

"Yeey ... pulang! Kakak pulang! Asik!" Franky bertepuk tangan gembira sembari melompat-lompat seakan tak peduli dengan kakinya yang terluka akibat terjatuh dari tangga siang tadi.

"Halo, Sayangku! Makasih ya ... udah nungguin," ucap Fairy sembari mengecup pipi adiknya. "Anky laper nggak? Kak Fairy masakin ayam goreng mau?"

Anak laki-laki itu mengangguk cepat, lagi-lagi ia bertepuk tangan gembira. "Ayam goreng! Laper, laper!"

Gadis itu tergelak mendengar celotehan lucu dari adiknya. Namun saat kemudian pandangannya tak sengaja jatuh pada luka di bagian lutut adiknya.

"Anky, ini kenapa?" Fairy menahan kaki Franky agar berhenti melompat-lompat.

Sedangkan anak itu mendadak ketakutan sembari menutup wajahnya dengan tangan kanannya.

"Anky ...." Fairy mengusap kepala Franky dengan pandangam khawatir.

"Nakal! Itu nakal!" Franky mulai terisak sembari menunjuk sesuatu di belakang Fairy.

Gadis itu pun langsung menoleh dan hanya mendapati anak tangga sebagai jalan masuk ke dalam rumahnya.

"Anky jatuh dari tangga?" tanya Fairy.

Franky menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Gadis itu menghela napas berat. Sangat sulit untuk menitipkan Franky kepada tetangga sekitar. Ia tahu adiknya ini susah untuk diberitahu orang lain kecuali dirinya. Fairy tak punya keluarga selain Franky. Jika sekolah mengijinkannya untuk membawa adiknya, maka sudah sedari dulu ia lakukan daripada meninggalkannya seorang diri di rumah.

"Lain kali kalau mau main hati-hati ya? Kalau sakit gini, 'kan yang ngerasain cuma Anky," ucap Fairy sembari membelai rambut mulet Franky. "Yaudah sekarang mandi, habis itu temenin kakak masak. Oke?"

Anak itu kembali tertawa dan menepuk kedua tangannya. "Mandi! Aku mau mandi!"

Melihatnya membuat Fairy tersenyum. Suara notif pesan dari dalam ponsel membuat Fairy mengurungkan niatnya untuk mengajak Franky masuk ke dalam. Gadis itu justru merogoh sakunya untuk mengeluarkan benda pipih tersebut.

"Sebentar ya, Sayang," ucap Fairy sembari mengusap pipi Franky sejenak.

Gadis itu segera membuka ponselnya dan menampilkan beberapa pesan dari Pipit.

Fairy menggelengkan kepalanya dan segera menekan link yang diberikan Pipit, untuk bergabung ke dalam grup dan mengetahui berita terbaru tentang Atlan yang mendadak berubah akhir-akhir ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fairy menggelengkan kepalanya dan segera menekan link yang diberikan Pipit, untuk bergabung ke dalam grup dan mengetahui berita terbaru tentang Atlan yang mendadak berubah akhir-akhir ini.

🌱

Di tempat lain, tepatnya di rumah Pipit. Terlihat Anya hendak keluar dari dalam kamarnya yang telah ia bersihkan. Namun langkahnya terhenti saat Pipit tiba-tiba menyembulkan kepalanya dari balik pintu dan berhasil membuatnya terlonjak kaget.

"Aaaa ...." Anya berteriak. Tangannya spontan mengeplak kepala Pipit dengan keras.

"Aw!" rintih Pipit, langsung memegangi kepalanya yang sakit dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain segera menahan tangan Anya yang berniat kembali memukulnya. "Ini gue! Pipit!"

Mata Anya mengerjap beberapa kali, menatap Pipit yang sedang mengusap kepala dengan ekspresi kesal.

"Ma-Maaf. Salah sendiri kamu tiba-tiba datang dan bikin aku kaget," ucap Anya sembari mengelus dadanya.

Sedangkan cowok itu lantas menghela napas sembari menyodorkan ponselnya pada Anya.

"Untuk apa?" tanya Anya sembari menatap ponsel Pipit yang berada di depan wajahnya.

"Ketik nomer lo, mau gue masukin ke grup chat baru, sekalian gue masukin ke grup kelas juga," jelas Pipit.

Anya mengangguk paham. Ia pun segera meraih ponsel Pipit dan mengetikkan beberapa nomer ponselnya lengkap dengan nama kontaknya.

"Sudah," ucap Anya sembari memberikan kembali ponsel Pipit.

"Nomer gue jangan lupa disimpan juga," kata Pipit sebelum kembali beranjak.

"Iya--eh, tunggu!" Anya berlari kecil menghampiri Pipit yang telah membalikkan tubuhnya.

"Pipit, apa kamu punya makanan beku? Seperti naget, atau sosis. Kalau ada aku mau membelinya," ucap Anya berharap cowok itu mempunyai persediaan makanan yang ia sebutkan tadi.

Jika saja dirinya teringat waktu pulang sekolah, atau cuaca sore ini tidaklah mendung. Pasti Anya akan pergi ke minimarket untuk membeli makanan tersebut.

Pipit memicingkan matanya, menatap Anya dengan heran. "Mama udah masak, ngapain cari makanan beku?"

Anya terlihat mengulum bibirnya. Matanya seakan mencari jawaban dari pertanyaan Pipit.

"Untuk bekal sekolah besok," kata Anya.

Cowok itu lantas ber-oh ria sembari menganggukkan kepalanya. "Ada tuh di kulkas, tapi bikinnya diem-diem aja. Jangan sampai mama tau, dia kadang suka ngomel-ngomel kalau ada yang makan itu."

Gadis itu mengangguk semangat sembari memberi salam hormat untuk Pipit. Tanpa disadari tingkahnya membuat cowok itu tersenyum tipis karena gemas. Bahkan Pipit berusaha menahan tangannya agar tak mengacak-acak kepala gadis itu.

"Terimakasih Burung Mungil!"

Mendengarnya membuat Pipit praktis membulatkan kedua matanya. Apa-apaan itu si Anya, sebagai seorang laki-laki dirinya merasa tersentil oleh sebutan tersebut.

Tbc.

Steal HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang