🌱 24

99 5 17
                                    

20 part lagi menuju ending (semoga)

Selamat membaca...

Setelah mendengar namanya dipanggil dari pengeras suara, di sinilah Atlan berdiri. Di depan ruang kepala sekolah yang masih tertutup rapat. Setelah menghembuskan napas panjang, cowok itu mengetuk pintu berwarna hitam tersebut beberapa kali, hingga terdengar sahutan dari dalam.

"Masuk."

Ada rasa takut di benak Atlan. Namun hal itu tak membuatnya mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam.

Tiba di dalam, ia mendapati sang kakek dan bundanya yang menatapnya begitu dingin.

"Duduk," ucap Arga meminta cucunya untuk duduk di sampingnya.

"Atlan, kenapa ka–"

"Stella, biar ayah saja yang menanyakan dia," potong Arga sebelum Stella meledakkan amarahnya.

Pandangan pria itu beralih menatap cucunya yang terlihat menundukkan kepalanya dengan wajahnya yang terlihat murung.

"Atlanta, kakek dengar kamu merokok di kantin. Apa itu benar?" tanya Arga sembari mengusap bahu Atlan.

Sungguh ia tak bisa memarahi cucu kesayangannya itu.

Sedangkan di luar sana terlihat Pipit dan Krisna sibuk menguping pembicaraan mereka dari balik pintu. Keduanya ingin memastikan jika Atlan tak dimarahi oleh Stella.

"Nggak kedengeran," ucap Pipit setengah berbisik.

"Telinga lo aja yang beduk!" ujar Krisna sembari mendorong Pipit agar bergeser sedikit dan kembali mendekatkan telinganya pada pintu.

"Budek!" ralat Pipit sembari berkacak pinggang.

Krisna mengabaikan perkataan Pipit. Malah cowok itu mengumpat karena tak dapat mendengar pembicaraan mereka.

"Ah, nggak kedengeran!"

"Kan gue udah bilang!" timpal Pipit berdecak kesal.

Pandangan Krisna beralih menatap Pipit sembari menunjuk wajah cowok itu. "Pokoknya kalau Atan kenapa-napa, lo yang tanggung jawab."

"Kok gue!?" protes Pipit tak terima.

"Kan lo yang udah cepu ke Pak Arga!" ujar Krisna lalu kembali mendekatkan telinganya pada pintu.

"Kan lo yang nyuruh!" ujar Pipit tak terima jika dirinya disalahkan seorang diri.

Krisna lantas memicingkan matanya. "Salah siapa nurut!"

Jancok! Pipit mengumpat dalam hati.

Ingin rasanya membenturkan kepala Krisna ke pintu seperti waktu mereka berkelahi semasa SMP. Namun niat jahatnya segera ia urungkan saat suara seorang pria terdengar dari belakang mereka.

"Vitra, Krisna. Kalian ngapain?"

"Kamu nanyeak?" sahut krisna yang masih asik menguping.

Mendengar itu, membuat Pipit segera menepuk bahu Krisna sedikit keras hingga membuat sang empu menggeram kesal dan kembali menatapnya.

"Apasih?!"

"Belakang lo!" bisik Pipit yang hampir tak bersuara sembari mengkodenya untuk menghadap ke belakang.

Krisna mengkerutkan dahinya dan mengikuti arah pandangan Pipit, hingga membuatnya menoleh ke belakang.

Bagaikan maling kepergok warga. Krisna terlonjak kaget saat mendapati Ridan sudah ada di belakangnya.

"Eh ... Pak Ridan!" Krisna meringis dan langsung meraih tangan pria itu untuk salim.

"Kalian ngapain di sini?" tanya Ridan mengintrogasi keduanya.

Steal HimDove le storie prendono vita. Scoprilo ora