🌱9

120 5 13
                                    

Kali ini serius, nggak bercanda :'

Malam itu, tepatnya pukul 11 malam. Beberapa pria bertopi hitam, terlihat keluar dari mobil putih sembari membawa botol plastik berisi minyak tanah di tangan mereka.

"Urusin satpam itu! Habisi saja kalau perlu," ucap salah satu dari mereka.

"Gimana dengan wanita itu?"

"Tuan bilang kita jangan bunuh dia, bikin dia kehilangan semua harta berharganya saja. Masalah membunuh itu urusan Tuan."

"Oke!"

Ke-empat pria itu segera berpencar, menyelesaikan tugas dari Tuan mereka.

Sedangkan Naora yang berada di dalam rumah tersebut, baru saja merebahkan tubuhnya di atas ranjang besar sembari menempelkan ponselnya di telinga.

Sedari tadi senyumnya belum juga pudar karena pria di seberang sana terus melayangkan kata-kata manis hingga membuatnya terbuai.

"Kamu beneran di rumah kan?"

"Iya, aku di rumah. Kenapa? Mau nemenin?" goda Naora sembari menggigit kukunya.

"Sebenarnya ingin sekali datang ke rumahmu, tapi istriku sedang sakit ... mana mungkin aku tega meninggalkan dia sendiri di rumah."

Naora berdecak dan membuang napas jengah. "Istri penyakitan gitu masih kamu urusin!"

"Jauh banget sama aku, udah kaya nggak penyakitan ... mending tinggalin aja istri kamu itu!" lanjutnya.

Terdengar kekehan kecil dari pria itu. "Ide bagus, tapi aku tidak tahu kapan bisa melakukannya. Oh iya, malam ini bulannya sangat cantik sepertimu."

Tanpa disadari pipi Naora seketika bersemu. "Gombal!"

"Aku tidak bisa membuat gombalan, tapi ... ini kenyataan. Keluarlah, aku sudah di bawah."

Naora kembali menegapkan tubuhnya dengan dahinya yang berkerut. "Kamu bilang lagi menemani istrimu, kenapa tiba-tiba bisa sampai sini?"

"Ah, hahaha ... kejutan, Sayang. Ayo turun, satpam-mu ini menyebalkan sekali!"

Wanita itu lantas tergelak dan segera merapikan rambutnya yang berantakan. "Tunggu aku."

Naora segera turun dari ranjang dan bergegas keluar untuk menemui pria yang ia kenali lewat media sosial. Sebelumnya ia telah mengirimkan alamat lengkap rumah mewah itu untuk sekedar pamer.

Bodoh memang, tapi itulah Naora.

Sedangkan empat pria yang berada di bawah segera bersembunyi setelah mendengar aba-aba dari Tuan mereka melalui earpiece.

Saat Naora telah tiba di halaman, matanya seketika terbelalak saat mendapati satpamnya tergeletak di halaman dengan perutnya yang bersimbah darah.

"Pak Satya!" Naora tergopoh-gopoh menghampiri pria itu, hingga tak menyadari jika rumahnya di belakang perlahan mengeluarkan asap hitam.

"Pak! Kenapa bisa jadi kayak gini!" Naora menoleh ke arah sekitar untuk mencari pertolongan. Na'asnya, ia kembali tercekat saat mendapati rumahnya yang sebagian sudah dilahap jago merah.

"Rumahkuu!"

🌱

"Emang lo punya rumah? Orang lo anak pungut! Mana ada punya rumah!"

Suara Pipit pagi itu membuat teman-temannya yang baru saja tiba di kelas hanya bisa membuang napas jengah. Mereka masih diam selagi baku hantam belum belum terjadi.

Steal HimWhere stories live. Discover now