🌱8

112 4 14
                                    

Udara sejuk di kamar bernuansa biru laut, seakan menyambut kedatangan Atlan yang baru saja tiba dari sekolah.

Setelah meletakkan ranselnya di atas meja belajar, Atlan mengalihkan pandangannya ke arah nakas, di mana seorang pria tengah tersenyum menatapnya.

Melihatnya, membuat bibir Atlan turut tersenyum. Cowok itu melangkah menghampirinya dan duduk di hadapan pria itu.

"Hai Ayah ... Atlan mau cerita! Ayah mau dengar?" Atlan bertanya pada pria yang selalu menyunggingkan senyum manisnya, seolah ingin mendengar putranya bercerita.

"Atlan hari ini dihukum membersihkan kolam renang. Atlan kesal sekali, Ayah! Tadinya Atlan mau kabur bersama teman-teman, tapi guru baru itu mengancam kami kalau kita pergi hukumannya akan bertambah!"

"Ayah mau tahu tidak, nama guru baru itu?"

Lagi-lagi pria itu menanggapinya dengan senyuman, membuat Atlan terkekeh sembari mengusap matanya yang terasa memanas.

"Namanya Pak Ridan, dia jadi guru olahraga kami. Oh ... iya, Ayah tahu tidak? Tadi Pak Ridan sempat menantang Atlan!" Cowok itu mengusap dagunya ketika dirinya teringat kejadian pagi tadi.

"Ohh! Jadi elo yang udah lempar bola ini ke kepala gue?! Masih mau ngajak ribut lo, hah?!"

Atlan tergelak mengingatnya. Ia kembali menatap sang Ayah yang masih setia tersenyum menatapnya.

"Sepertinya Pak Ridan punya dendam dengan seseorang, sampai-sampai dia salah sasaran!"

Atlan menghela napas panjang. Sangat lega ketika dirinya telah berbagi cerita dengan sang Ayah yang selalu setia mendengarkannya.

"Makasih Ayah, sudah mendengarkan ceritaku. Atlan berisik hanya di depan Ayah saja, karena kata Oma ... Ayah dulu suka sekali mendengarkan cerita, jadi Atlan mau Ayah dengerin ceritaku."

Pria itu lagi-lagi tersenyum. Namun kali ini, Atlan tak ikut tersenyum. Cowok itu justru menunduk membiarkan buliran bening jatuh menetesi bantalnya.

"Atlan ingin sekali mendengar suara Ayah, pengen peluk Ayah, pengen ngobrol berdu–" Atlan seketika menggelengkan kepalanya. "Ah tidak-tidak! Atlan kan sering ngobrol berdua sama Ayah."

Senyuman Atlan kembali terukir dan menatap lekat netra pria itu. "Meskipun hanya lewat foto."

"Atlan sudah pulang, Pak?"

"Sudah Nyonya."

Suara Stella dari halaman membuat Atlan buru-buru menyimpan foto Ayahnya di dalam lemari paling bawah.

"Ayah, besok kita ngobrol lagi ya! Bunda udah pulang."

🌱

Seorang wanita berbadan dua terlihat menggelengkan kepalanya, saat menatap putranya baru saja tiba di halaman rumah mereka di sertai napasnya yang tersenggal-senggal.

"Anak kamu tuh, udah jam segini baru pulang!" ujar Tika sembari menyenggol lengan Marco.

"Iya, besok aku cari mama buat Apin," sahut Marco dengan enteng.

Mendengar itu membuat Tika praktis mencubit perut Marco sekuatnya, hingga pria tersebut menjerit kesakitan.

"Sayang–"

"Mama, Papa ... Apin pulang!" ucap Apin sembari menompang kedua tangannya di atas lutut. "Capek banget!"

"Kurang sore pulangnya!" sembur Marco sembari berkacak pinggang.

Hal itu membuat Apin meringis. Beruntung Tika langsung memukul pantat Marco sembari berkacak pinggang.

"Anak baru pulang sekolah malah dimarahin! Kamu pulang pagi aja cuma aku diemin!"

Sekarang giliran Marco yang meringis, matanya melirik Apin yang kini sedang menertawainya.

"Udah! Sekarang Apin masuk terus bersih-bersih, biar Mama yang urusin Papa kamu!" ujar Tika.

"Siap, Ma!" Pandangan Apin beralih menatap sang Ayah yang juga menatapnya penuh kekesalan. "Semangat, Pa! Nanti kalau misal disuruh tidur di luar lagi, Apin pinjamin sarung! Kebetulan hadiah sarung dari Gema waktu sunat belum dibuka."

Mendengar itu, membuat Marco praktis membelalakkan matanya. Pria itu pun berkacak pinggang menatap tajam punggung Apin yang melenggang masuk ke dalam rumah.

"Apinnn!"

"Apa? Mau marahin lagi?" sahut Tika yang kini telah membelai ganggang sapu dalam genggamannya.

Melihat itu membuat Marco segera merubah ekspresi wajahnya. Rupanya ia kalah menyeramkan dari pada istrinya.

"Manggil doang, Sayang," ucap Marco dan memberanikan tangannya untuk mengusap kepala istrinya.

"Awas ya kalau marahin Apin lagi! Aku suruh kamu tidur di luar sama kucing!" ancam Tika sebelum dirinya ikut melenggang masuk ke dalam.

🌱

Sebuah mobil taksi hitam berhenti di depan rumah mewah yang tertutup gerbang besar bernuansa emas.

Sedangkan seorang wanita yang masih duduk di jok belakang ,terlihat sedang mengeluarkan dompetnya dari dalam tas setelah menatap argometer yang di pasang pada dashboard mobil tersebut.

"Ini uangnya!" Wanita itu dengan angkuh melempar uangnya ke depan.

Sedangkan sopir taksi tersebut hanya menganggukkan kepalanya tanpa berminat mengambil uang yang dilempar Naora.

"Besok jangan lupa jemput saya jam tujuh pagi! Jangan sampai telat, atau saya bakal ganti langganan taksi!" ujar Naora sebelum dirinya beranjak keluar dari dalam mobil.

"Baik, Bu. Akan saya usahakan," ucap sopir tersebut sebelum kembali menjalankan mobilnya.

Gerbang tersebut langsung terbuka lebar seakan menyambut kedatangan Naora.

"Beruntungnya Fairy dulu punya keluarga kaya raya seperti ini!" Naora berdecak kagum akan kemewahan rumah tersebut. "Kasian sekali dia sekarang tinggal di rumah sempit, kumuh tapi cocok buat dia!"

Wanita itu kembali melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam.

Sedangkan sopir taksi yang belum beranjak jauh dari rumah mewah itu, menatap Naora dari kejauhan dengan senyum yang penuh arti.

"Alamat dan gambar rumahnya sudah saya kirimkan. Jam sebelas malam kamu dan yang lain bakar habis rumah itu!" ucap pria itu pada rekannya yang ada di seberang sana.

"Siap, Pak!"

Tbc.

Steal HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang