38. Epilogue •Selamat Tinggal Masa Lalu•

343 26 16
                                    

•Selamat Tinggal Masa Lalu•



******

Kami sampai di sebuah pekarangan luas dengan mansion bergaya Jepang-Eropa berdiri kokoh. Sebenarnya aku ingin pulang ke apartemen, tapi Minato memintaku mampir sebentar. Aku tidak punya alasan menolak jika dia yang meminta.

Yahiko memarkirkan mobilnya di garasi, lalu kami masuk ke dalam. Hatiku sudah ketar ketir tak keruan tatkala warna zapphire melirik ke arahku, tajam dan penuh intimidasi.

"wah wah yang tadi melarikan diri untuk berkencan, bagaimana? puas?" suara menjengkelkan dari Shikamaru membuatku merengut kesal.

"Kalian berkencan dimana saja jam segini baru pulang?" timpal Sai.

Sialan, mereka berdua mulai memprovokasi lagi.

"minggirlah, ini adalah rahasia kencanku dengan Sakura" kata Yahiko mendorong bahuku untuk duduk di sofa yang memiliki ruang tersisa, tepat di samping Naruto.

"Shizuka dan Konohamaru kemana?" aku bertanya ketika menyadari hanya aku satu-satunya gadis di ruang tamu ini. Utakata, anak istrinya, dan Jiraiya, Tsunade juga tak nampak lagi.

"pulang, dijemput ayah" sahut Kiba yang menikmati cupcakenya.

"kalian terlalu lama berkencan, mereka semua sudah pulang" curcol Sai memasang senyum  palsu yang membuatku ingin melemparnya dengan gelas yang saat ini kupegang.

"goedenacht, Sakura" aku sedikit tertegun dengan seseorang yang menyapaku. Oh itu Marco.

"selamat malam juga, Marco maaf aku tidak menyadarimu"

"tidak apa-apa, kau terlihat seperti bersenang-senang."

"yah seperti yang kau lihat” kataku canggung.

Aku merasa seperti terintimidasi oleh seseorang yang duduk di sampingku. Aku tahu dia tengah menatapku. Aku tidak berani menoleh ataupun sekedar melirik lewat ekor mataku.

“aku berkencan dengan Sakura karena kupikir kalian akan lebih menikmati kebersamaan dengan Naruto” ujar Yahiko mengambil gelas dan menuangkan teh di dalam teko, namun sepertinya tehnya sudah habis. 

"halah alasan" hardik Sai.

Yahiko pura-pura tidak mendengarnya dan lebih memilih berteriak. "Bibi, tehnya abis.Tolong ambilkan"

"biar aku saja" aku memotong dengan cepat.

Aku segera mengambil nampan teh itu dan melesat cepat ke dapur, Naruto terlalu mengintimidasi dan itu membuatku tidak nyaman. Berada dalam jarak dekat dengannya tidak baik untuk hati dan jantungku.

"huh.." aku menghembuskan nafas dalam-dalam saat menyentuh meja konter, membuang seluruh kegelisahan di hatiku.

Saat ini tidak seorang pun di dapur, jadi aku merasa lega karena tidak ada yang melihat kondisiku yang menyedihkan seperti ini. Setelah aku merasa diriku cukup tenang, aku meraih teh yang masih mengepul panas di teko kristal dan meletakkannya di atas nampan.

"kau terlalu tegang, Sakura"

Aku tersentak ketika bahuku menyentuh sesuatu yang keras, diiringi hembusan nafas lembut yang menerpa telingaku. Astaga dia ada di belakangku dan jaraknya terlalu dekat. Spontan aku langsung bergeser ke samping dengan wajah was-was.

"apa aku mengejutkanmu?" tanyanya dengan wajah heran.

Jelas saja kau membuatku kaget "sedikit.." jawabku.

Dia terlihat menghembuskan nafas singkat sebelum melirik teko teh tadi. "kau lama sekali, mereka sudah menunggu di luar" 

"maaf, tadi aku ke kamar mandi sebentar.." aku berdusta.

My Fox (Completed)Where stories live. Discover now