2. Tertangkap

430 61 0
                                    

****

Hampir dua minggu ini aku terus lari dan bersembunyi dari Naruto, sejak hari itu aku tidak berani menampakkan diriku di muka umum karena psikopat gila itu bersama para cecenguk sintingnya sedang mencariku dalam mode gila-gilaan. Setiap jam istirahat dan jam pulang mereka akan memeriksa satu per satu kelas di sekolah ini bahkan ke tempat-tempat lain juga seperti perpustakaan, kantin dan lain-lain.

"hoammm..."

Entah sudah beberapa kali aku menguap dalam kelas ini, memperhatikan penjelasan dari guru matematik kami yang sudah seharusnya pensiun, guru Onoko.

Bibir monyongnya yang disertai hutan lebat putih yang selalu mengeluarkan gerimis tanpa hujan itu tidak berhenti berkomat kamit menjelaskan rumus deret matematika atau pun bilangan geometri. Bukannya sombong, tapi pelajaran itu sudah di luar kepalaku, IQ ku tinggi walaupun tanpa penjabaran aku bisa langsung tahu jawabannya.

 Suara guru 61 tahun itu bagaikan nyanyian nina bobo pengantar tidur di kelas ini. Hinata, teman sebangkuku kini sudah tertidur dengan iler yang memenuhi mulutnya sampai menetes ke atas meja, tidak jauh berbeda dengan Ino, Tenten, Temari dan seisi sekelasku. Hanya tinggal aku dan Kabuto si ketua kelas yang memperhatikan pelajaran.

"baiklah anak-anak soal nomor tiga dan empat silahkan kerja di rumah, terus nomor enam dan tujuh silahkan dikerjakan sekarang" titah guru Onoki sembari menaikan kacamata bulatnya yang melorot.

"pak bisa nomor empat dan tiga saya langsung kerjain di papan tulis aja-"

"kamu bodoh yah! gurumu bilang kerja di rumah bukan di papan tulis, kamu ini sudah berapa tahun sekolah? masih tidak tahu pekerjaan rumah di kerjakan di rumah!"

Sabarkan hatimu Sakura menghadapi guru sudah tua kolot yang celananya suka melorot ini, dia sebentar lagi pensiun jadi aku tidak boleh punya kesan buruk dengannya.

"maaf guru" jawabku.

"ya begitu" tuturnya sembari membetulkan kembali kacamatanya. Dia tampak mengernyitkan alisnya seperti melihat sesuatu. Kenapa lagi pak tua ini, apa ada sesuatu yang salah dia lihat?

"HEI BANGUN! KELAS INI BUKAN RANJANG KALIAN YANG BISA DITEMPATI TIDUR!!!!!"

*******

"kyaaaaaa Tonton!"

  Hana menatapku horor saat aku berjingkrat senang di depannya seperti monyet.

"Sakura-chan ayo ketempat lain saja" ajaknya dengan tampang tidak nyaman.

"tidak mau! aku maunya disini+ Cepat belikan aku sempak Tonton!" seruku.

Hana menatap horor celana dapam dengan gambar babi kecil bewarna pink, Tonton. Dia menatap sekeliling, aku bisa melihat wajahnya tampak memerah. Dia mendekatkan bibirnya ke telingaku dan berbisik "Sakura-chan kau yakin mau beli sempak babi itu di tempat pakaian dalam anak-anak?"

Aku menatap sekeliling tempat ini yang didominasi anak-anak, yah mau bagaimana lagi kami berdua memang ada stand pakaian anak-anak. Tempat ini takkan terlupakan, bagiku.

"ya"

Aku mau membeli sempak Tonton bukan untuk adikku Konohamaru yang baru pubertas, oh walau dunia terbalikpun dia tidak akan memakai sempak dengan gambar anak babi warna pink. Aku membeli sempak ini untuk diriku sendiri, kebetulan sekali aku melihatnya disini.

Aku mengangguk mantap menjawab pertanyaannya "kan Hinata-chan sendiri yang bilang, kalau kau kalah di lomba lari estafet kemarin kau akan membelinaku satu barang kesukaanku. Nah sekarang belikan ini!" tuntutku ke dia.

Kemarin saat pelajaran olahraga aku dan Hinata membuat taruhan jika dia yang menang, aku akan menjadi budak untuk mengerjakan seluruh tugasnya, selamanya. Terdengar tidak adil kan, tapi untung saja aku menang dan menuntut Hinata memborong semua sempak Tonton disini.

My Fox (Completed)Where stories live. Discover now